Mohon tunggu...
Noval Bantani
Noval Bantani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bebas, Alumni Ponpes Turus Pandeglang, Masuk-keluar; PTIQ, FDI UIN Syahid Jakarta, Al-Bahjah & IAC, Mahasiswa Fakultas Sastra Bahasa Arab Universitas Al-Azhar Kairo

Hidup hanya sekali, hiduplah yang berarti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wanita Seperti Apa yang Tidak Patut Dipersunting ?!

4 Februari 2020   12:19 Diperbarui: 4 Februari 2020   12:33 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa kurun waktu ke belakang kita sempat mendengar gerakan #NoMarriage yang disinyalir berasal dari Korea Selatan. Sebuah gerakan yang menentang pernikahan, beratnya beban kehidupan dan bebasnya pergaulan menjadi faktor penting dalam menjamurnya gerakan ini. Memilih melajang dianggap tindakan paling tepat karena tingginya beban biaya yang akan ditanggung pasca pernikahan, didukung dengan bebasnya pergaulan antara lawan jenis, membuat mereka lebih memilih menjalin hubungan di luar pernikahan tanpa sebuah ikatan.

Namun, dalam jangka panjang gerakan ini akan sangat mengkhawatirkan bagi sebuah negara. Rendah dan turunnya tingkat kelahiran memunculkan problematika sulitnya regenerasi dalam melanjutkan estafet kemajuan sebuah bangsa, kemudian berdampak pada ekonomi dan etos kerja yang kian menurun.

Tak heran, dalam Islam bagaimanapun sulitnya keadaan, pernikahan adalah sebuah perkara yang amat dianjurkan, bahkan melajang seumur hidup dianggap hal yang kurang terpuji. Islam sendiri memberikan sugesti bagi pemeluknya bahwa menikah menjadi jalan terbukanya pintu-pintu rejeki. Keyakinan dan doktrin yang kontras nan berlawanan dengan gerakan tadi.

Pernikahan adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan seseorang, bukan hanya tentang menyalurkan fitrah biologis, tetapi dalam Islam pernikahan memiliki kedudukan yang amat penting, bukan hanya karena pernikahan bertalian dengan nasib seseorang di kehidupan dunia, tetapi menjadi ladang amal guna menyongsong kehidupan akhirat. Bahkan pernikahan diyakini sebagai penyempurna dalam agama.

Walaupun demikian, bagi seorang lelaki -dalam pembahasan ini- tidak harus serta merta menikahi seorang perempuan manapun hanya karena tuntutan agama. Namun, perlu adanya kriteria tertentu dalam memilih sebuah pasangan. Selain karena cinta, setiap orang memiliki kriteria tertentu dalam memilih pasangan, berikut adalah kriteria seorang perempuan yang tidak dianjurkan untuk dipilih dalam perspektif Islam diluar kriteria khusus yang dimiliki setiap individu:

  1.  Asy-Syahbaroh
    Kriteria pertama yang hendaknya dijauhi untuk dinikahi sebagaimana anjuran yg dinisbatkan kepada Nabi SAW untuk Zaid bin Tsabit (disebutkan oleh Ibnu Al-Atsir dalam An-Nihayah) adalah Asy-Syahbaroh, dalam kamus Bahasa Arab bermakna wanita yang sudah berumur tua. Atau ada yang memaknainya wanita yang terlalu banyak makan.

    2. Al-Lahbaroh
    Kriteria kedua yang hendaknya dijauhi adalah Al-Lahbaroh, Ibnu Al-Atsir memaknainya dengan wanita pendek yang buruk rupa atau memiliki perangai buruk. Atau dikatakan bermakna wanita berpostur tinggi nan kurus.

    3. An-Nahbaroh
    Kriteria ketiga adalah An-Nahbaroh, yaitu wanita tua yang suka mengatur atau dimaknai juga wanita yang sering meninggikan suara.

    123rf.com
    123rf.com
    4. Al-Hadbaroh
    Kriteria keempat adalah Al-Hadbaroh, yaitu wanita berpostur pendek yang tidak sedap dipandang.

    5. Al-Lafut
    Kriteria terakhir adalah Al-Lafut, yaitu wanita yang memiliki anak bukan dari kita (atau dari mantan suaminya) sehingga lebih jauh sayang terhadap anaknya dibandingkan dengan kita.

Jika kita telaah sedikit, kriteria tadi dilihat dari aspek luar yang terjamah oleh indra manusia. Sedangkan dari aspek perilaku dan sifat bawaan Imam Al-Ghozali dalam Ihya 'Ulumuddin menyebutkan kriteria perempuan yang tidak dianjurkan untuk dinikahi diantaranya:

  1. Al-Annanah

Dia adalah wanita yang acap kali mengeluh dan mengadu. Sedangkan mengadu sering merusak hubungan baik dengan sesama, kerabat maupun sahabat. Menikahi wanita tipe ini membuat suami sulit mencapai ketenangan dalam keluarga.

2. Al-Mannanah

Dia adalah wanita yang suka mengungkit-ungkit kebaikan dan jasanya yang telah berlalu seperti sudah melakukan ini dan itu, baik ketika terjadi problematika rumah tangga ataupun tidak. Menikahi wanita tipe ini membuat seorang laki-laki terhambat menjalankan perannya sebagai pemimpin keluarga. Terlebih jika secara ekonomi istri berkarir dan memiliki penghasilan lebih besar daripada suami.

3. Al-Hannanah

Selanjutnya adalah Al-Hannanah, yaitu wanita yang suka menceritakan dan membanggakan orang pada masa lalu. Misalnya membangga-banggakan mantan suaminya jika dia janda. Membangga-banggakan ayahnya dan membandingkan dengan suaminya, jika dia perawan. Bahkan mungkin membangga-banggakan saudaranya atau temannya di hadapan suami tanpa menjaga perasaan suami.

images-10-5e38fd6ed541df6a2640ac22.jpg
images-10-5e38fd6ed541df6a2640ac22.jpg

4. Al-Haddaqah

Dia adalah wanita yang boros dan konsumtif. Keinginan belanjanya besar, mudah tertarik dengan suatu barang atau produk dan meminta suaminya untuk membelikannya. Wanita tipe ini akan menguras kantong suami. Sehingga jika penghasilan suami tak mencukupi, akhirnya terperosok ke jalan haram karena permintaan istri yang berlebihan.

5. Al-Barraqah

Imam Al-Ghazali menjelaskan, ada dua makna Al-Barraqah. Pertama, dia adalah tipe wanita yang suka berhias sepanjang hari. Berlebihan dalam belanja kosmetik dan berlebihan dalam memanfaatkan waktu sehingga mengabaikan kewajiban-kewajiban lainnya.

Kedua, wanita yang tidak mau makan dan suka mengurung diri sendirian. Dengan kata lain, dia tipe pemurung.

6. Asy-Syaddaqah

Tipe terakhir adalah tipe wanita yang nyinyir dan banyak bicara, dalam hadits disebutkan, "Allah membenci orang tsartsarin (banyak cakap) mutasyaddaqin (banyak bicara)." Rasanya seperti tidak afdal jika tidak berkomentar akan sesuatu yang terlintas di depannya. Menikahi wanita tipe ini, akan mempersulit suami karena dia akan menjadi objek komentar istrinya.

Lalu bagaimana nasib wanita yang kebetulan memiliki salah satu dari kriteria di atas ? Pertama, jika berkaitan dengan sikap dan perilaku (akhlak dan norma) hendaklah memperbaiki diri. Karena tak lain jodoh adalah cerminan dari diri kita sendiri. Ingin suami seperti Nabi Muhammad ? Maka jadilah seperti Sayidah Khadijah ataupun Sayidah 'Aisyah.

Kedua, jika berkaitan dengan fisik yang tidak mungkin untuk diubah tetaplah berikhtiar mencari jodoh. Karena tipe dan kriteria setiap orang itu berbeda, bisa jadi cantik bagi sebagian orang belum tentu cantik di mata sebagian lainnya. Bahkan terkadang cinta bisa membutakan tanpa lagi melihat fisik.

Wallahu A'lam.

Kairo, 4 Februari 2020

Noval S Al-Bantani

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun