Mohon tunggu...
Cerita Pemilih

Cak Imin dan Karma Politik Cawapres 2019

8 Maret 2018   04:36 Diperbarui: 8 Maret 2018   04:38 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usaha ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk menjadi pendamping Jokowi di Pilpres 2019, hingga saat ini tak kunjung membuahkan hasil. Padahal, segala usaha dan upaya telah ia lakukan. Mulai silaturrahmi ke sejumlah Kyai-kyai pesantren, sebar poster, hingga memasang reklame di berbagai daerah pun telah dilakukan.

Mungkin sebagian orang tidak menyadari, mengapa usaha Cak Imin yang begitu menggebu-gebu tersebut tak kunjung membuahkan hasil?

Saya tidak bermaksud untuk mendiskreditkan seorang Muhaimin Iskandar yang sekarang dinobatkan sebagai "Panglima Santri" itu. Namun, pembahasan ini kiranya sangat penting untuk dibahas sebagai pelajaran dan pembelajaarn bagi para politisi lain agar tidak sembarang bermanuver dalam berpolitik.

Sedikit flashback tentang sepak terjang Cak Imin saat Pilpres 2014. Sebelum pemilu, PKB begitu banyak mendapat sorotan publik. Hal itu terjadi, karena tak tanggung-tanggung PKB ingin mengusung 2  Calon Presiden (Capres) sekaligus. Ada dua kandidat yang digadangkan-gadang akan dijadikan sebagai Calon Presiden oleh PKB. Mereka adalah, Prof. Dr. Mahfud MD dan Si Raja Dangdut Rhoma Irama.

Sumber: Kompas.com
Sumber: Kompas.com
Bagaimana tidak, akibat manuver Cak Imin tersebut, betapa semua media kala itu seolah hanya tertuju kepada PKB. Berbagai cara pun dilakukan untuk meyakinkan Mahfud MD dan Rhoma Irama. Diberi panggung untuk orasi, menggelar konser, dibuatkan reklame "ksatria Bergitar", dan bahkan tak jarang pula dipertemukan dengan sejumlah tokoh, termasuk Jokowi.

Sumber: Viva.co.id
Sumber: Viva.co.id
Akibatnya, berkat strategi cerdas dari seorang Cak Imin tersebut, popularitas dan elektabilitas PKB terus mengalami peningkatan.

Hari demi hari pun terus berganti, hingga tibalah Pemilu Legislatif (Pileg). Dan, hasilnya, PKB berhasil meraih suara yang sangat menggiurkan. PKB yang awalnya berada di peringkat 7 saat Pemilu 2009, pasca Pileg 2014, PKB berhasil menduduki peringkat 5 besar.

Nah, disinilah manuver Cak Imin kembali dimainkan. Cerdik, juga licik. Setelah berhasil menunggangi popularitas Mahfud MD dan Rhoma Irama, dan setelah pula berhasil meraih peringkat 5 besar, Mahfud MD dan Rhoma Irama tiba-tiba tidak dihiraukan. Secara mengejutkan, menjelang Pilpres, PKB tiba-tiba menyodorkan nama Jusuf Kalla dan dipasangkan dengan Jokowi.

Liputan6.com
Liputan6.com
Tak bisa dibayangkan betapa remuknya hati Mahfud MD dan Rhoma Irama kala itu setelah dikhianati Muhaimin.

Mahfud MD kemudian berputar haluan menjadi Ketua Tim Pemenangan pasangan Prabowo-Hatta, sementara Rhoma Irama memilih untuk mendirikan partai politik baru, yakni Partai Islam Damai dan Aman (Idaman).

Itulah kecerdikan dan kelicikan seorang Muhaimin Iskandar. Maka wajar bila banyak orang yang mengatakan, bahwa jangankan Mahfud MD dan Rhoma Irama, sekelas Gus Dur pun pernah "diludahi" dari belakang oleh Cak Imin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun