Usaha ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk menjadi pendamping Jokowi di Pilpres 2019, hingga saat ini tak kunjung membuahkan hasil. Padahal, segala usaha dan upaya telah ia lakukan. Mulai silaturrahmi ke sejumlah Kyai-kyai pesantren, sebar poster, hingga memasang reklame di berbagai daerah pun telah dilakukan.
Mungkin sebagian orang tidak menyadari, mengapa usaha Cak Imin yang begitu menggebu-gebu tersebut tak kunjung membuahkan hasil?
Saya tidak bermaksud untuk mendiskreditkan seorang Muhaimin Iskandar yang sekarang dinobatkan sebagai "Panglima Santri" itu. Namun, pembahasan ini kiranya sangat penting untuk dibahas sebagai pelajaran dan pembelajaarn bagi para politisi lain agar tidak sembarang bermanuver dalam berpolitik.
Sedikit flashback tentang sepak terjang Cak Imin saat Pilpres 2014. Sebelum pemilu, PKB begitu banyak mendapat sorotan publik. Hal itu terjadi, karena tak tanggung-tanggung PKB ingin mengusung 2 Â Calon Presiden (Capres) sekaligus. Ada dua kandidat yang digadangkan-gadang akan dijadikan sebagai Calon Presiden oleh PKB. Mereka adalah, Prof. Dr. Mahfud MD dan Si Raja Dangdut Rhoma Irama.
Hari demi hari pun terus berganti, hingga tibalah Pemilu Legislatif (Pileg). Dan, hasilnya, PKB berhasil meraih suara yang sangat menggiurkan. PKB yang awalnya berada di peringkat 7 saat Pemilu 2009, pasca Pileg 2014, PKB berhasil menduduki peringkat 5 besar.
Nah, disinilah manuver Cak Imin kembali dimainkan. Cerdik, juga licik. Setelah berhasil menunggangi popularitas Mahfud MD dan Rhoma Irama, dan setelah pula berhasil meraih peringkat 5 besar, Mahfud MD dan Rhoma Irama tiba-tiba tidak dihiraukan. Secara mengejutkan, menjelang Pilpres, PKB tiba-tiba menyodorkan nama Jusuf Kalla dan dipasangkan dengan Jokowi.
Mahfud MD kemudian berputar haluan menjadi Ketua Tim Pemenangan pasangan Prabowo-Hatta, sementara Rhoma Irama memilih untuk mendirikan partai politik baru, yakni Partai Islam Damai dan Aman (Idaman).
Itulah kecerdikan dan kelicikan seorang Muhaimin Iskandar. Maka wajar bila banyak orang yang mengatakan, bahwa jangankan Mahfud MD dan Rhoma Irama, sekelas Gus Dur pun pernah "diludahi" dari belakang oleh Cak Imin.