Mohon tunggu...
Politik

"Politisasi Agama" Ala Panglima Santri Demi "Cawapres Jokowi"

28 Februari 2018   04:00 Diperbarui: 28 Februari 2018   05:21 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ketika teman-teman di sebelah menuduh ada politisasi agama dalam berpolitik, teman-teman di sebelah yang lain juga melakukan hal yang sama: politisasi agama dalam berpolitik, meski bentuk dan kemasannya lain. Sami mawon, sama saja! Gunakan cara-cara berpolitik yang beradab. #PKB No.1 juara 1," cuit Marwan Jafar dalam akun twitternya, Senin (26/2/2018).

Screenshot dari akun Twitter Marwan Jafar (@marwan_jafar)
Screenshot dari akun Twitter Marwan Jafar (@marwan_jafar)
Cuitan ini sebenarnya sangat multi tafsir. Tapi bagi orang yang paham dengan situasi politik internal PKB belakangan ini, mungkin ia akan mengerti, apa yang dimaksud Mantan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi itu. Tapi ya sudahlah, biarkan waktu saja yang menjawab. Kalau ada yang penasaran, silahkan baca cuitan-cuitan Marwan Jafar lainnya di twitter. Hehehe

------

Dalam beberapa bulan terakhir, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (Partainya Gus Dur) Muhaimin Iskandar, sepertinya sudah mulai bermanuver, start kampanye menawarkan diri untuk menjadi pendamping 'Jokowi' di Pilpres 2019 mendatang.

Tidak hanya Caper dan terus nempel ke Jokowi, spanduk-spanduk dan Reklame bertuliskan 'Cawapres 2019' pun sudah mulau berserakan. Meski Pilpres dan masa kampanye masih lama, tim Sang Panglima Santri itu sudah mulai berani dan terang-terangan melanggar aturan.

Selain menyebar spanduk dan Caper ke Jokowi, ada strategi menarik lain yang dilakukan Cak Imin bersama tim, yang mungkin belum banyak orang amati dan ketahui. Ya, strategi tersebut, yakni "Politisasi Agama" ala Panglima Santri.

Strategi ini berbeda dengan politisasi agama sebagaimana yang dilakukan oleh 'orang-orang sebelah' beberapa waktu lalu. Ini lebih licin dan mungkin lebih licik lagi. Strategi ini juga tidak main sara dan rasis. Ritme yang dimainkan Cak Imin lebih kepada popularitas tokoh agama yang ada di Indonesia serta ritual-ritual keagamaan.

Maka, siapapun tokoh tersebut, yang penting dia masih percaya tahlil, ziarah kubur dan ber-ahlussunnah wal jamaah, pasti akan didekati oleh Cak Imin. Maka jangan heran bila beberapa waktu lalu ia tertawa terbahak-bahak satu meja dengan da'i kondang UAS. Juga jangan heran bila 'seandainya'suatu saat HRS pulang ke Indonesia, 'kemungkinan' ia juga akan membela mati-matian.

KabarKita.co
KabarKita.co
Seolah tak penting bagi Cak Imin meskipun UAS dan HRS itu sering teriak kopar-kapir, China dan lain sebagainya. Yang terpenting baginya adalah, pengikut kedua tokoh tersebut bisa simpati, demi 'Cawapres Jokowi'.

Tak hanya PDKT ke tokoh-tokoh agama, kegiatan-kegiatan keagamaan pun seringkali didesign seolah demi kepentingan ummat, padahal sejatinya tak lebih untuk kepentingan politis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun