Pencil -- Di tengah gempuran aneka camilan modern yang membanjiri pasar, cita rasa tradisional tak pernah kehilangan tempat di hati masyarakat. Namun, inovasi tetap dibutuhkan agar produk klasik mampu bersaing dan memenuhi standar konsumen masa kini. Di Pencil, Karanganyar seorang ibu rumah tangga bernama Samiyem berhasil membuktikan hal tersebut melalui usahanya membuat ceriping ketan rumahan yang tidak hanya lezat, tetapi juga mengedepankan aspek higienis dan dibuat dengan "penuh cinta." Ceriping buatannya kini menjadi primadona di warung kecilnya, menarik pelanggan dari berbagai kalangan dan menjadikannya sumber penghasilan yang menguntungkan.
Usaha Samiyem bermula dari kecintaannya pada camilan tradisional dan keinginan untuk menambah pemasukan keluarga. Setiap sore, setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, ia kerap melihat sisa beras ketan yang tidak termakan. Berbekal pengalaman turun-temurun dari ibunya, ia mencoba mengolah beras ketan tersebut menjadi ceriping. Namun, Samiyem menyadari bahwa untuk bisa bersaing, produknya harus memiliki nilai lebih. "Saya ingin ceriping saya beda, lebih bersih dan rasanya konsisten," ujar Samiyem, menunjukkan komitmennya pada kualitas.
Mempertahankan Tradisi dengan Sentuhan Modern
Proses pembuatan ceriping ketan ala Samiyem dimulai dari pemilihan bahan baku. Ia selalu memilih beras ketan kualitas terbaik dari petani lokal. "Ketan yang bagus itu nanti hasilnya ceripingnya bisa renyah sempurna," jelasnya. Beras ketan kemudian dicuci bersih, direndam, dan dikukus hingga matang sempurna, menjadi nasi ketan yang pulen.
Setelah matang, nasi ketan dihaluskan. Samiyem menggunakan cara tradisional dengan menumbuknya, namun dengan penekanan pada kebersihan alat dan area kerja. Setelah halus, adonan dicampur dengan bumbu-bumbu pilihan seperti bawang putih, garam, dan sedikit penyedap rasa, tanpa menggunakan pengawet buatan. Beberapa varian rasa juga ia kembangkan, seperti original, pedas, dan manis gurih dengan tambahan gula aren.
Inovasi utama Samiyem tidak hanya pada resep, tetapi juga pada proses penjemuran. Mengambil inspirasi dari jemuran bambu anti-ayam yang viral di kampungnya, ia menerapkan sistem penjemuran tertutup yang higienis. Setelah dicetak tipis-tipis, adonan ceriping diletakkan di atas tampah bambu yang dilapisi kain bersih, lalu dijemur di dalam jemuran bambu berjaring khusus yang terhindar dari debu, lalat, dan hewan pengganggu seperti ayam. "Ini rahasia utama ceriping saya tetap bersih. Tidak ada lagi ceriping yang diacak-acak ayam atau kena debu jalan," terang Samiyem dengan bangga.
Proses penjemuran ini memakan waktu satu hingga dua hari, tergantung cuaca. Setelah kering sempurna dan renyah, ceriping digoreng dengan minyak nabati berkualitas tinggi. Suhu penggorengan diatur sedemikian rupa agar ceriping matang merata, tidak gosong, dan memiliki tekstur yang renyah namun tidak keras. Setelah ditiriskan, ceriping dikemas dalam plastik kedap udara yang rapat, menjaga kerenyahan dan kesegaran produk lebih lama.
Ciri Khas "Penuh Cinta"