1. Sinkretisme Islam Nusantara
Islam datang di Nusanatara pada abad ke-7 M, kemudian sampai di pulau jawa pada abad ke-15 M.  Islam datang saat itu ditengah kondisi lingkungan yang bercorak dua macam yaitu lingkungan kerajaan (kental akan Hinduisme) dan lingkungan pedesaan. Peleburan  Islam dan budaya yang telah ada di Nusantara seperti animisme, dinamisme, hinduisme dan budha ini mengasilkan perpaduan yang berlangsung damai. Sinkretisme Islam di Nusantara terjadi dengan mudah karena :
- Faktor kemunduran Islam pada masa dinasti Abbasiyah.
- Masyarakat Jawa memiliki sifat keterbukaan (tepo sliro).
- Terdapat substansi ajaran yang sama atau mirip antara budaya di Nusantara dengan Islam. Contohnya seperti tatanan hubungan manusia dengan tuhan dan manusia dengan manusia pada Hindu-Budha sama dengan konsep Iman, Islam, Ihsan yang ada pada agama Islam.
Sinkretisme ini menghasilkan istilah yang kini dikenal dengan Islam Nusantara dan menhasilkan perbedaan penyebutan Tuhan serta pelaksanaan tradisi di Nusantara.
2. Akomodasi Islam Nusantara
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam berinteraksi antara pribadi dan kelompok manusia untuk meredakan pertentangan. Beberapa model akomodasi yang dapat mempengaruhi budaya antara lain akomodasi pada keadaan dan proses. Sedangkan akomodasi Islam Nusantara sendiri diartikan sebagai bentuk pribumisasi dalam penyesuaian Islam dengan budaya lokal yang bersifat normatif, damai dan diakomodasikan tanpa menghilangan identitas masing-masing yang bertujuan pada kemaslahatan umat.
3. Akulturasi
Akulturasi merupakan proses sosial dalam peleburan dua kebudayaan yang berbeda lalu menghasilkan kebudayaan baru dengan tanpa menghilangkan kebudayaan yang asli. Akulturasi ini mencakup berbagai aspek kehidupan, diantaranya adalah bahasa, ilmu pengetahuan, teknologi serta kesenian. Pribumisasi pada proses akulturasi ini sebagai wujud menghindari timbulnya perlawanan. Beberapa hasil akulturasi budaya dengan Islam diantaranya adalah dakwah dengan menggunakan wayang dan gamelan oleh wali songo, ukiran Islami pada masjid, rumah atau bangunan lainnya, serta seni rupa yang berupa kaligrafi, aksara pada hikayat, sistem pemerintahan, sistem kalender.
4. Sikap Islam Nusantara terhadap Tradisi
Sikap Islam Nusantara terhadap tradisi kadang menginternalisasikan dan terkadang juga menolak guna penyesuaian tradisi dengan ajaran Islam. Hal ini seperti yang dilakukan Nabi Muhammad yang datang pada peradaban tidaklah peradaban yang lengkap akan tetapi beliaulah yang melengkapi budaya yang sudah ada, Nabi tidak menerima semua budaya dan tradisi yang ada dengan begitu saja, tapi memilih kebudayaan yang masih dapat dikembangkan, mana yang harus dihilangkan, dan mana yang harus digantikan dengan yang lebih terpuji.