Mohon tunggu...
Norman Meoko
Norman Meoko Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menulis Tiada Akhir...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jurnalisme Copy Paste, Etiskah?

23 Juli 2021   11:43 Diperbarui: 23 Juli 2021   12:03 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Hidup wartawan bukanlah di kantor tetapi di jalanan. Itulah rumusan singkat dari biografi jurnalistik Sindhunata wartawan Kompas tahun 1970-an.

Bersama fotografer Kartono Ryadi, Sindhunata hampir setiap hari berada di jalanan. Kartono belum mempunyai mobil. Kendaraannya hanyalah vespa seperti juga kendaraan yang dimiliki Sindhunata.

Dengan vespa itulah kedua wartawan itu membela liak-liuk Jakarta. Mereka kadang tidak tahu kemana harus pergi dan sama sekali tidak merasa pasti: apakah akan menemukan objek yang menarik untuk ditulis atau difoto pada hari itu.

Maka mereka pun terus tiada henti menyelusuri perut Jakarta sampai akhirnya menemukan obyek jurnalistik. Terkadang Sindhunata dan sang fotografer Kartono Ryadi pulang dengan tangan hampa: tak menemukan objek jurnalistik yang menarik untuk ditulis atau difoto.

Dengan vespa kendaraan yang lumayan nyaman untuk mencari berita. Dengan vespa itu pula Sindhunata dan Kartono Ryadi menapaki Jakarta. Kalau hujan, mereka berteduh di tengah jalan. Jika lapar, keduanya makan di warung manapun yang dijumpai di jalanan.

Pengalaman itulah yang akhirnya muncul rumusan bagi Sindhunata tentang pegangan jurnalistik yakni "Wartawan pada awalnya adalah pekerjaan kaki, baru kemudian pekerjaan otak." Artinya, wartawan itu harus mencari obyek beritanya dengan menggunakan kakinya, dengan berjalan terlebih dahulu, sebelum ia menggunakan otak dan pikirannya. Secemerlang apapun otak seorang wartawan, kalau ia malas menggunakan kakinya, ia tidak akan memperoleh berita yang autentik.

Masalahnya sekarang masih adakah wartawan yang berpegang pada rumusan sederhana itu? Apalagi di tengah kemajuan teknologi komunikasi yang buat segalanya instan dan siap tersaji. Contohnya ketika pandemi virus corona mencuat, wartawan tidak perlu lagi capai-capai di jalan cukup masuk ke zooming atau webinar maka dalam sekejap berita pun jadi dibuat. Segalanya menjadi lebih mudah diperoleh tanpa harus berkeringan apalagi panas-panasan di jalan. Sudah bukan zamannya lagi. Mungkin begitu! Cari berita sekarang ini mudah banget.

 Fenomena WhatsApp Grup

Belum lagi wartawan sekarang terutama yang nge-beat di suatu pos akan mudah memperoleh berita. Ada WhatsApp grup dari instansi tertentu yang tiada henti memborbardir wartawan dengan pelbagai informasi. Belum lagi kiriman siaran pers melalui email yang juga bejibun. Asik banget ya. Target sekian berita dalam sehari akan terlampaui. Alamak! Kondisi ini ada yang menyebutnya sebagai Jurnalisme Copy Paste. Hanya memindahkan kata atau kalimat yang dirilis lalu kutak-kutik maka jadilah berita itu.

Lantas di mana hakekatnya wartawan pada awalnya adalah pekerjaan kaki, baru kemudian pekerjaan otak. Sekarang terbalik agaknya. Sekarang cukup masuk ke zooming atau webinar atau buka smartphone dan cek di WhatsApp grup maka segala informasi dan tetek-bengeknya tersaji di sana. Pekerjaan kaki telah ditinggalnya. Dengan sambil ngopi di Starbucks atau nongkrong di mal yang ber-AC, si wartawan sudah dengan muda mendapatkan bahan berita. Tinggal kemudian menuliskannya. Rumusan 5W+1H selanjutnya digunakan! Simpel kan?

Kondisi itu memang jauh berbeda ketika saya memulai profesi sebagai wartawan tahun 1989 lalu. Sebelumnya saya menjadi pers kampus dengan modal kartu pers laminating yang sangat sederhana. Ketika terjun di media arus utama sangat jarang calon reporter masuk menjadi reporter di desk metropolitan. Sebagian besar calon reporter ingin menjadi wartawan yang adem alias liputan di tempat ber-AC seperti di lantai bursa. Lalu seminar yang berlangsung di hotel berbintang yang ketika break makan siang tersajikan menu makanan yang aduhai nikmatnya. Jarang ada calon reporter yang mau berpanas-panas apalagi berhimpitan di bus atau bergelantungan di kereta. Copet mengintai atuh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun