Mohon tunggu...
Norberth Javario
Norberth Javario Mohon Tunggu... Penjaga Perbatasan

Menulis semata demi Menata Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Yang Manis dari Si Macan Batas

21 Maret 2025   23:47 Diperbarui: 21 Maret 2025   23:47 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tangkapan layar dari Youtube

Hari ini, 21 Maret 2025, yang juga diperingati sebagai Hari Down Syndrome Sedunia dan juga Hari Puisi Sedunia, Bintang Timur Atambua sukses melenggang ke final Kualifikasi Liga 4 ETMC Ke-33 Tahun 2024/2025 setelah mengandaskan perlawanan Perseftim Flores Timur dengan skor tipis 1-0 lewat gol Martino Araujo di menit ke-81. Di tengah banyaknya kekecewaan soal efisiensi anggaran akibat Program Makanan Gratis Bergizi, keberhasilan Bintang Timur Atambua (BTA) atau yang dijuluki Macan Batas, tentu saja menjadi pelipur lara tersendiri bagi warga Kabupaten Belu.

Kemenangan tentu terasa manis bagi pemenang dan sebaliknya, terasa bagai empedu bagi pihak yang kalah. Amat menyesakkan memang buat pendukung Perseftim sebab gol BTA terjadi di saat tim kesayangannya lagi gencar-gencarnya menyerang dan menciptakan beberapa peluang bagus. Namun penyelesaian yang buruk membuat semua peluang jadi sia-sia.

Di sisi lain, acungan jempol dan apresiasi tinggi dihaturkan buat pelatih BTA sebab strateginya berhasil baik. Sejujurnya, BTA tidak seagresif biasanya. Mereka cenderung bermain dengan tempo datar. Hal ini dimaklumi sebab jadwal padat turnamen ini membuat para pemain mesti cerdik mengatur tempo. Dengan laga yang dimainkan berselang hanya 2 hari, pelatih wajib memutar otak agar pemainnya bisa menjalankan semua taktik dan strategi hingga peluit akhir wasit ditiup. Jangan sampai semua arahan pelatih tak berjalan karena stamina pemain tak mendukung.

Oleh karena itu, datarnya tempo yang diperagakan BTA bukanlah karena inferior di hadapan sang lawan melainkan buah kejelian pelatih dalam membaca situasi. Operan cepat di tepi lapangan yang menjadi ciri khas BTA di laga-laga sebelumnya tak nampak. Padahal pada pertandingan-pertandingan sebelumnya, kerja sama bek dan pemain sayap mendominasi serangan BTA. Kali ini berbeda. Mereka tak agresif di sayap dan kelihatan hanya menunggu lawan. Dengan situasi ini, menumpuk pemain di tengah merupakan solusi terbaik.

Konsekuensinya, penguasaan bola sepenuhnya jadi milik Perseftim. Mereka gencar melakukan serangan, agresif mencari kemenangan demi membahagiakan ribuan pendukung di Stadion Oepoi Kupang. Pada pertengahan babak kedua, kartu As Perseftim dimasukkan demi menambah serangan. Pencetak gol terbanyak mereka, Albert Tefa - yang entah dengan alasan apa tidak dimainkan sedari awal - meniupkan angin surga buat pendukung Perseftim. Sebaliknya, pendukung BTA dibuat menahan napas dengan aksi-aksi Albert menerobos pertahanan BTA.

Sebaliknya para pemain bertahan BTA yang didukung penuh para gelandang, tak kehilangan fokus mengawal area pertahanan. Sadar bahwa stamina makin menurun - dan juga harus menyimpan energi jika lolos ke final - mereka hanya melakukan umpan-umpan jauh langsung dari belakang ke depan. Dalam setiap serangannya, BTA hanya memiliki 3 orang pemain di area penalti lawan. Meski demikian, mereka selalu nampak efektif. Cerdas sekali. BTA menunjukkan bahwa kalah penguasaan bola bukan berarti harus kalah dalam hasil akhir. Hebatnya, meski selalu nampak dalam tekanan, jejaring gawang BTA sama sekali tak bergetar. Semuanya masih dalam kontrol sesuai taktik yang disepakati, hasil bisikan pelatih. Malahan kiper Perseftim yang dibuat gigit jari. Dalam sebuah serangan balik cepat BTA, umpan kaki kiri akurat Crespo Hale mendapati Martino Araujo yang dengan cepat pula berlari dari lini kedua. Tendangan datar terukurnya membuat sang kiper mati langkah.

1-0 untuk BTA. Pendukung Perseftim dibuat seolah tak percaya sebab timnya yang selalu nampak digdaya kini dalam posisi ketinggalan. Sisa waktu normal hanya 10 menit pula. Jika dianalisis, gol yang terjadi adalah skema yang sedari menit pertama dijalankan secara simultan oleh anak-anak Macan Batas. Bek sayap mengumpan jauh ke pemain sayap, lalu dengan kelebihan individual, si penerima bola berkreasi untuk masuk ke tengah dan di situ sudah menunggu temannya lini kedua  yang merangsek dengan kecepatan penuh. Sebaliknya si bek yang mengumpan, tak maju lagi mendukung serangan. Mereka hanya berputar di areanya sendiri, sabar dan fokus menanti serangan balik lawan. Gol BTA yang terjadi pun melibatkan hanya tiga pemain saja yang berhadapan langsung dengan para bek Perseftim. Mengapa begitu? Karena Perseftim termakan dengan gaya menunggu lawan. Semua pemain mereka lebih banyak berada di area tengah. Saat umpan jauh bek sayap BTA ke depan, mereka terlalu jauh untuk mundur menutup pertahanan, ditambah lagi stamina yang terkuras akibat bermain agresif. Akibatnya, si pencetak gol lawan tak punya punya pengawal. Ia begitu bebas menendang. Atino - demikian panggilan akrab Martino Araujo - punya waktu yang cukup, sepersekian detik, untuk berpikir ke mana mesti mengarahkan bola.

Melihat proses gol ini, kredit besar diberikan kepada pelatih BTA. Gol yang terjadi sama sekali bukan kebetulan. Mereka sukses bermain aman tanpa menguras stamina, mampu bertahan dengan baik, dan sukses membuat lawan terperdaya untuk keasyikan menyerang lalu membunuh dengan serangan balik cepat. Mereka sukses menumpas sang lawan menggunakan mode hemat dan punya cukup energi untuk bermain maksimal di partai final.

Hasil ini membuat BTA akan menantang Persebata Lembata di partai puncak yang sedianya akan dimainkan di tanggal 23 Maret 2025. Sebagai warga Kabupaten Belu, saya berharap BTA-lah yang jadi juaranya. Selain kebanggaaan daerah, hal lain adalah agar menjadi contoh bahwa hasil yang baik berawal dari pengelolaan yang baik pula. Sebagaimana kita ketahui, BTA merupakan sekolah sepak bola modern yang berada di Atambua. Mereka mempunyai gelanggang berstandar FIFA, peralatan fitness dan pusat pelatihan mumpuni. BTA mempunyai program pelatihan yang jelas, berkelanjutan, dan rutin mengikuti turnamen sepak bola berjenjang segala usia. Singkatnya, BTA dikelola secara profesional oleh orang-orang dengan kompetensi tinggi. Mereka sadar bahwa prestasi di bidang olahraga tak bisa didapat dengan metode seperti pesulap melainkan harus dibentuk dengan sengaja, dengan proses penjang. Cara-cara usang tak didapati dalam manajemen BTA. Semoga di final nanti, BTA mampu memberikan keceriaan bagi warga Kabupaten Belu dengan menaklukkan Persebata Lembata. Semoga taring si Macan Batas menghadirkan luka mendalam bagi Semburan Ikan Paus, memberi duka cita bagi warga Lembata.

JAVARIO

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun