Mohon tunggu...
Humaniora

Pendidikan Tate Krame Suku Sasak untuk Melestarikan Budaya Suku Sasak

8 April 2016   19:08 Diperbarui: 8 April 2016   19:45 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia terkenal dengan keberagaman suku, etnis, budaya, agama dan bahasanya yang beragam dari seluruh penjuru daerahnya. Keragaman tersebut sudah menjadi ciri khas dari Indonesia yang sampai saat ini masih berusaha dipertahankan dan dijaga.

Setiap individu membutuhkan individu yang lainnya dalam kehidupannya. Saling membutuhkan inilah yang membentuk suatu hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Hal ini berlaku juga untuk masyarakat Indonesia. Dimana seorang individu hidup berdampingan dengan individu yang lain dan membentuk suatu cakupan hubungan yang lebih luas dengan individu yang lainnya dalam suatu daerah tertentu kemudian membentuk suatu komunitas atau perkumpulan yang dinamakan Suku. 

Contohnya seperti dalam suatu hubungan masyarakat di daerah tertentu. Individu yang menikah dengan individu lain yang membentuk ikatan keluarga yang erat, kemudian berhubungan dengan keluarga yang lainnya, begitu seterusnya sampai membentuk suatu rantai yang saling menghubungan satu dengan yang lainnya dalam satu komunitas atau perkumpulan (Suku).

Salah satunya penduduk asli di Pulau Lombok yang bernama Suku Sasak. Dimana suku sasak pun memiliki kebudayaan local yang dijunjung oleh masyarakatnya. Kebudayaan ini sudah ada sejak zaman nenek moyang kita dulu, yang kemudian menurunkan tradisi-tradisi dan budaya itu kepada anak cucunya hingga sampai saat ini. Kebudayaan-kebudayaan suku sasak yang paling sering kita lihat saat ini seperti Bau Nyale, Peresean, dan Nyongkolan. Namun selain ketiga budaya sasak yang masih terjaga tersebut,masih banyak kebudayaan lain yang sudah mulai tergerus oleh zaman. 

Bahkan sulit kita temui lagi. Jika kita lihat, mengapa para turis dari daerah lain di indonesia bahkan mancanegara, datang jauh-jauh ke Lombok? Hal itu karena kearifan local suku sasak, yang tidak hanya alamnya yang menggiurkan namun kebudayaannya, yang dinilai sangat unik, menarik, perlu dinikmati dan penting untuk diketahui. Apabila kebudayaan ini terus dijaga dan dilestarikan akan memberikan dampak positif kepada daerah dan Negara, yakni sebagai Income dalam bidang pariwisata.

Dewasa ini, masyarakat sudah mulai melupakan tradisi adat mereka masing-masing, karena terlena terhadap gemerlapnya zaman modern yang dianggap lebih memiliki kualitas yang lebih baik untuk kehidupan daripada kebudayaan milik mereka yang dianggap jadul (Jaman dulu). Anak-anak muda mulai melupakan kebudayaan daerahnya sendiri. Akibatnya beberapa kali kebudayaan itu diakui oleh Negara lain sebagai aset negaranya.

Bahkan saat ini kebudayaan bangsa lain diangap memiliki keunikan tersendiri sehingga kebudayaan negara lain itu di banding-bandingkan dengan kebudayaan negaranya sendiri. Misalnya seperti budaya KPOP (Budaya Korea Selatan) yang dianggap lebih trendi, menarik, dan mengikuti perkembangan zaman kearah yang semakin modern ini. Sampai-sampai menganut cara berpakaian dan bertingkah laku dari kebudayaannya.

Bukan hanya dalam lingkup antar Negara saja, bahkan dalam lingkup kebudayaan local. Kebudayaan dari daerah sendiri sudah mulai dilupakan karena menganggap budaya daerah lain lebih memiliki daya tarik yang melebihi kebudayaan daerahnya sendiri. Sama halnya, dalam kebudayaan suku sasak yang mulai tergerus zaman. Sekarang ini, para generasi muda sudah tidak mengetahui asal usul sukunya, apa saja, bagaimana, dan mengapa  kebudayaannya yang ada di suku sasak ada, kebudayaan yang mana saja yang termasuk dalam kebudayaan asli suku sasak, bukan kebudayaan kontemporer (adopsi) dari kebudayaan daerah lain. Yang ditahu, hanya kebudayaan ini (menunjukk pada kebudayaa tertentu) sudah tidak sesuai dengan zaman modern, sehingga tidak terlalu penting untuk di lestarikan karena ketinggalan zaman.

Mengapa kebudayaan yang seharusnya sebagai aset daerah untuk membantu meningkatkan income daerah malah terlupakan dan tidak di pandang penting lagi? Apakah memang karena kebutuhan terhadap kebudayaan ini yang sudah tidak dirasakan penting lagi ataukah sarana yang tidak mendukung untuk memperkenalkan kebudayaan suku sasak lebih dekat kepada generasi muda?

PENDIDIKAN TATE KRAME

Dalam suku sasak dikenal suatu adat kebiasaan masyarakat dalam berinteraksi dengan masyarakat yang lainnya dengan nama Tate Krame. Tate Krame ini jika diartikan kedalam bahasa Indonesia menjadi Tata Krama. Seperti pada umumnya, setiap daerah memiliki tata krama masing-masing yang menunjukkan cirri-ciri dari daerahnya masing-masing. Tata krama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai adat sopan santun. Begitupun juga dalam bahasa sasak, Tate Krame adalah suatu cara bersopan santun dalam masyarakat suku sasak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun