Mohon tunggu...
Nona Aisyah
Nona Aisyah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Literasi Digital di Era Milenial

5 Desember 2018   22:40 Diperbarui: 5 Desember 2018   22:43 4289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kalau dahulu orang memberikan istilah literasi sebagai "melek huruf", namun terminologi tersebut kini lebih meluas dan berkembang seiring dengan tuntutan teknologi yang mengiringinya. Dahulu orang disebut buta huruf bila belum sampai pada tahap membaca dan menulis. Tetapi kini istilah "buta huruf milenial" adalah kondisi gagap teknologi (gaptek) alias minus literasi digital.

Literasi atau 'literature' dalam istilah latin, 'letter' dalam bahasa Inggris mendeskripsikan literasi sebagai dasar dari pengetahuan manusia yang terus berkembang. Sedangkan digital berasal dari kata 'digitus', yang dalam bahasa Yunani berarti jari jemari.

Literasi digital menjadi kebutuhan mendesak bagi masyarakat saat ini. Sebab kemajuan teknologi yang tidak diimbangi oleh kecerdasan dalam menggunakan perangkat teknologi modern, niscaya akan memberikan dampak buruk bagi peradaban manusia. Dalam literasi digital itu bukan hanya sekedar kemampuan mencari, menggunakan dan menyebarkan informasi akan tetapi, diperlukan kemampuan dalam membuat informasi dan evaluasi kritis, ketepatan aplikasi yang digunakan dan pemahaman mendalam dari isi informasi yang terkandung dalam konten digital tersebut. Disisi lain literasi digital mencakup tanggung jawab dari setiap penyebaran informasi yang dilakukannya karena menyangkut dampaknya terhadap masyarakat.

Literasi digital juga menjadi bagian dari rencana jangka panjang badan PBB yang mengurusi soal pendidikan dan kebudayaan. Dalam roadmap UNESCO (2015-2020), literasi digital menjadi pilar penting untuk masa depan pendidikan. Literasi digital menjadi basis pengetahuan, yang didukung oleh teknologi informasi secara terintegrasi. 

Untuk Indonesia kebutuhan mendorong literasi sosial sudah sangat mendesak, mengingat bahwa penduduk yang bergerak "bermigrasi ke dunia maya" sudah sangat kolosal. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) itu bisa dimisalkan seperti mengungkapkan bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia kini telah terhubung ke internet. Hal tersebut menuntut peran masyarakat untuk lebih cerdas memilih dan juga memilah informasi yang baik dan tepat untuk digunakan atau dimanfaatkan, disinilah literasi digital penting difahami dan diperlukan pembelajaran yang strategis untuk pengembangan pendidikan bidang ini di era cyber.

Elemen penting literasi digital adalah menyangkut kemampuan apa saja yang harus dikuasai dalam pemanfaatan tekonologi informasi dan komunikasi. Steve Wheeler (2012) dalam tulisannya yang berjudul Digital Literacies For Engagement In Emerging Online Cultures, mengidentifikasi ada sembilan elemen penting dalam dunia litersi digital seperti social networking, transliteracy, maintaining privacy, managing identity, creating content, organising and sharing content, reusing/repurposing content, filtering and selecting content, sertaself broadcasting. 

Kehadiran situs jejaring sosial menjadi salah satu contoh yang ada dalam social networkingatau kehidupan sosial online. Transliteracydiartikan sebagai kemampuan memanfaatkan segala platform yang berbeda khususnya untuk membuat konten, mengumpulkan, membagikan hingga mengkomunikasikan melalui berbagai media sosial, grup diskusi, smartphone dan berbagai layanan online yang tersedia. Hal penting dalam literasi digital adalah tentang maintaining privacyatau menjaga privasi dalam dunia online. Managing digital identityberkaitan dengan bagaimana cara menggunakan identitas yang tepat diberbagai jaringan sosial dan platform lainya. Creating contentatau berkaitan dengan suatu ketrampilan tentang bagaimana caranya membuat konten di berbagai aplikasi online dan platform. Organising and sharing contentadalah mengatur dan berbagi konten informasi agar lebih mudah tersebarkan. Reusing/repurposing content bisa diartikan dengan bagaimana membuat konten dari berbagai jenis informasi yang tersedia hingga menghasilkan konten baru dan dapat dipergunakan kembali untuk berbagai kebutuhan. Filtering and Selecting Contentadalah kemampuan mencari, menyaring dan memilih informasi dengan tepat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Self broadcastingbertujuan untuk membagikan ide-ide menarik atau gagasan pribadi dan konten multimedia misalnya melalui blog dan forum.

Jika Steve Wheeler membagi sembilan elemen penting literasi digital, maka menurut Beetham, Littlejohn dan McGill (2009) dikutip Sarah Davies (2015), bahwa ada tujuh elemen penting terkait literasi digital yaitu information literacy, digital scholarship, learning skills, ICT literacy, career and identy management, communication and collaboration dan media literacy. 

Information literacymenyangkut kemampuan bagaimana menemukan, menafsirkan, mengevaluasi, mengelola, hingga membagikan informasinya. Digital scholarshipmencakup partisipasi aktif dalam kegiatan akademik misalnya pada praktek penelitian. Learning skills meliputi belajar secara efektif semua teknologi yang memiliki fitur-fitur lengkap untuk kegaitan proses belajar mengajar baik formal maupun informal. ICT literacyatau disebut literasi teknologi informasi dan komunikasi yang fokus pada bagaimana mengadopsi, menyesuaikan dan menggunakan perangkat digital baik aplikasi dan layananya. Career and identy managementtentang bagaimana mengelola identitas online. Sedangkan untuk communication and collaborationmeliputi partisipasi aktif dalam jaringan digital untuk pembelajaran dan penelitian. Media literacyatau literasi media mencakup kemampuan kritis membaca dan kreatif komunikasi akademik dan profesional dalam berbagai media.

Selain itu, dalam rumusan Cornell University (2009) dikemukakan bahwa Digital literacy is the ability to find, evaluate, utilize, share, and create content using information technologies and the Internet. Jadi titik beratnya adalah kombinasi diantara kemampuan menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membagikan serta membuat sebuah konten dengan menggunakan teknologi dan internet. 

Literasi digital tidak semata mata penguasaan teknologi komputer dan keterampilan penggunaan internet belaka yang berkonotasi menjadikan manusia sebagai sosok robotic belaka, melainkan lebih luas daripada itu yakni memadupadankan "literasi" dan "digital". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun