Mohon tunggu...
Junus Barathan.
Junus Barathan. Mohon Tunggu... Guru - Profesional.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Purna Tugas PNS Guru.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menepis Hoaks Tanpa Menyakiti

20 April 2019   10:21 Diperbarui: 20 April 2019   11:26 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PESTADEMOKRASITANPAHOAKS

oleh : Junus Barathan

Pesta demokrasi telah berakhir damai. Walaupun masih ada kericuhan-kericuhan kecil yang terjadi di beberapa daerah Nusantara, namun tak berpotensi terjadi pemilihan ulang. Sejak masa tenang hingga pelaksanaan pencoblosan, situasi dan kondisi aman terkendali, ini menandakan bahwa, bangsa Indonesia mulai dewasa dalam berpolitik.

Kedewasaan dalam berpolitik, membuat bangsa Indonesia telah mampu membedakan mana berita-berita palsu/hoaks, dan mana pula berita-berita yang benar.

"Belakangan, hoaks kembali marak melalui momentum Pilpres 2019.  Salah satu kasus yang menonjol belakangan ini adalah hoax kontainer  berisi surat suara pilpres yang telah dicoblos untuk pasangan capres-cawapres nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf Amin. Salah satu nama yang terseret dalam kasus ini
adalah Wakil Sekjen Partai Demokrat, Andi Arief". 

Memang secara sadar kita semua pernah melihat dan merasakan bahwa ada beberapa kejadian pada saat pesta demokrasi tersebut dilaksanakan, dimana ada sinyal-sinyal yang menyiratkan terjadinya konflik yang bermuatan suku, agama, ras dan antar golongan. 

Namun kejadian-kejadian tersebut hendaknya dapat kita jadikan suatu pembelajaran dalam membangun kedewasaan berpolitik, sehingga kita semua terhindar dari politik hitam, politik kotor, politik kepentingan yang mana hal tersebut tentunya akan melukai dan mencederai demokrasi yang kita harapkan.

Satu hal yang sering dilupakan oleh para elite politik baik di daerah, kota, kabupaten, provinsi, maupun nasional bahwa para elite politik ini dilihat dan didengarkan oleh rakyat. Jangan sampai energi habis gara-gara saling mencela, mencemooh, dan memaki di antara elite politik sebagai saudara sebangsa dan se-Tanah Air. Inilah yang perlu mendapatkan perhatian dari para elite politik agar bangsa ini lebih dewasa lagi dalam kehidupan berpolitik.

Perlu kita ingat bersama bahwa pemilu adalah peristiwa politik biasa namun diperlukan mekanisme demokrasi untuk pemimpin yang terbaik, melayani masyarakat dan membangun bangsa yang bermartabat. Semua umat beragama berperan penting dalam menyukseskan pemilu.
Semua umat beragama dapat menjadi teladan berpolitik yang santun dan berkeadaban sebagai perwujudan nilai universal agama. 

Marilah mulai dari sekarang kita semua bersama-sama untuk membangun sikap ksatria, dimana kita harus siap menang, siap kalah, dewasa menerima perbedaan,
jiwa besar menerima kekalahan dan santun ketika merayakan kemenangan. 

Singosari, 20 April 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun