Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator - Operator Sekolah

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Masa Kecil yang Asyik: Kenangan Ramadhan yang Tak Terlupakan

2 April 2023   15:05 Diperbarui: 2 April 2023   15:02 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lampu Meja Coklat Diatas Meja(pexels.com/Ahmed Aqtai)

Di usia kita yang udah dewasa, waktu Ramadan biasanya diisi sama jadwal bukber, nunggu THR, rencana mudik, atau bikin list belanja buat Lebaran. Pokoknya rame banget dan sibuk deh. Tapi, kadang-kadang kita juga perlu nostalgia ke masa kecil di mana Ramadan seru banget dan penuh kenangan yang nggak terlupa, dengan macem-macem kegiatan yang kita lakuin.

Dulu sebelum khutbah Jumat, di masjid masih asik dengan kultum-kultum simpel tapi berguna yang bisa dicatat di buku Ramadan yang di kasih sama guru agama saya.  Pas Ramadan dan menjelang Lebaran teman saya pernah jadi tukang jualan dadakan.  Dulu saya suka liat bocah-bocah main long, semacam meriam-meriaman yang bunyinya kenceng abis, duarrr gitu. Kayaknya masa kecil beneran asik deh, tapi ya nggak bisa diulang lagi lah, soalnya banyak hal yang beda sekarang.

Hal yang masih di ingat waktu bulan puasa dulu yaitu:

1. Rebutan Tanda Tangan untuk Mengisi Buku Kegiatan Ramadhan

Anak-anak yang lahir pada tahun 90-an pasti sangat familiar dengan buku kegiatan Ramadan yang biasanya menjadi kewajiban bagi siswa SD dan SMP pada saat Bulan Ramadan tiba. Buku ini memiliki tujuan untuk mencatat jadwal kegiatan selama 1 bulan penuh, mulai dari puasa, tarawih, salat lima waktu, catatan kultum, Salat Jumat, hingga Salat Idul Fitri. 

Siswa di sekolah biasanya diharuskan mencatat semua ibadahnya dan setelah libur Lebaran, buku ini akan dikumpulkan di sekolah. Beberapa tabel di dalam buku (terutama kolom Salat Tarawih dan kultum) harus diberi tanda tangan atau paraf oleh imam atau ustaz untuk meyakinkan guru bahwa kegiatan sudah dilakukan. Jadi, saat Ramadan tiba, imam salat dan ustaz sering menjadi pusat perhatian karena banyak anak yang berbondong-bondong meminta tanda tangan. 

Bahkan di beberapa masjid, anak-anak yang (mungkin saja) mengikuti Tarawih rela antre untuk mendapatkan tanda tangan. Namun, apakah buku ini masih digunakan hingga saat ini? Saya merasa jarang melihat imam salat dikerumuni anak-anak yang meminta tanda tangan seperti dulu. 

Mengingat pengalaman saya, saya pernah melakukan kesalahan dengan memalsukan semua paraf dan isi ceramah pada buku Ramadan saat saya masih berada di kelas 6 SD. Alasannya sederhana, saya merasa malu untuk meminta tanda tangan bersama anak-anak lainnya. Akhirnya, beberapa hari sebelum dikumpulkan, saya memalsukan paraf imam dan khatib, serta mengambil isi kultum dari ceramah di televisi. Namun, saya menyadari bahwa tindakan saya itu sangat salah dan seharusnya tidak dicontoh.

2. Libur Satu Bulan Full

Siswa yang masih bersekolah saat masa pemerintahan Gus Dur pasti sudah tahu bahwa pada zaman itu, libur puasa hingga Lebaran benar-benar berlangsung selama satu bulan penuh. Siswa hanya perlu masuk sekolah jika ada pesantren kilat atau jaga sekolah (by the way, apakah masih ada tugas piket yang menyapu kelas saat ini?). Bagi yang suka kegiatan di rumah, jelas sangat menyenangkan. Namun, ada juga beberapa anak yang "kontra" terhadap libur puasa ini. Mereka berargumen bahwa jika mereka hanya diam di rumah selama puasa, rasa lapar dan haus justru menjadi lebih terasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun