Mohon tunggu...
Feby Noer Masyitoh
Feby Noer Masyitoh Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi

Mahasiswa prodi penerbitan di salah satu politeknik negeri di Jakarta yang sedang jatuh cinta dengan dunia jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Music

Suka dan Duka Menjadi Anak Band

7 April 2020   07:30 Diperbarui: 7 April 2020   07:47 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Setiap rutinitas yang kita lakukan pasti memberikan pengalaman yang berbeda tergantung dari rutinitas apa yang kita pilih. Suka dan duka pasti pernah kita rasakan, terlebih jika aktivitas tersebut sudah dilakoni selama bertahun-tahun. Hal tersebut berlaku pula untuk musisi, khususnya anak band. Tak perlu ditanya, untuk persoalan hal yang disuka pasti terlalu banyak untuk diceritakan setiap detailnya. Apalagi kalau pilihan untuk menjadi seorang anak band sudah menjadi jiwa seni yang mengalir dalam darah.

Menjadi anak band bukan hanya sekedar bermain alat musik untuk menyalurkan sebuah hobi. Ternyata melalui seni kita bisa mengekspresikan segala bentuk perasaan yang tengah kita rasakan. Saat memegang dan memainkan alat 'perangnya' seorang anak band bisa langsung merasakan kebebasan dalam berekspresi, meluapkan kekesalan dengan memainkan lagu yang keras, saat sedih melantunkan lagu lembut, dan ketika sedang gembira bisa memainkan lagu yang semangat.

Tak cukup sampai di situ saja, seorang anak band bisa mengubah sebuah keluhan, kegelisahan, dan uneg-uneg menjadi sebuah karya seni yang bisa dinikmati oleh orang lain, misalnya membuat lagu. Tapi, dibalik hal-hal yang menyenangkan di atas, tentu menjadi anak band tak luput dari duka. Misalnya saat salah satu personel punya kesibukan lain, yang memaksanya harus hengkang dari bandnya saat itu.

Sebuah band yang sudah lama dibentuk biasanya akan mengganggap semua personel adalah keluarga, dan keputusan hengkangnya salah satu personel pasti akan membuat band tersebut sedikit goyah. Ada beberapa band yang tetap bertahan dengan memilih mencari personel baru, namun beberapa band lain lebih memilih untuk tak melanjutkan bandnya lagi, alias bubar.

Hal tersebut bisa dianggap sepele memang oleh beberapa orang, namun untuk anak bandnya sendiri, hal tersebut bisa terasa menyakitkan terutama untuk band yang sudah dibentuk selama bertahun-tahun. Kisah suka dan duka setiap anak band pastinya akan berbeda, namun kebanyakan karena alasan kesibukan masing-masing personel menjadi faktor kuat untuk membuat band yang sudah dibentuk memilih untuk bubar.

Apakah kalian pernah merasakan suka dan duka yang sama dengan yang di atas? Yuk, tuliskan pengalamanmu di kolom komentar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun