Mohon tunggu...
Nizar KhoirulAmri
Nizar KhoirulAmri Mohon Tunggu... Penulis - MAHASISWA

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Faktor-faktor Radikalisme

17 Januari 2021   21:47 Diperbarui: 17 Januari 2021   21:49 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Radikal menurut Ashour dibagi menjadi 2 tipologi yaitu radikalisme idelogi dan juga radikalisme tingkah lalu keduanya sama-sama menentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi, namun radikalisme idelogi ttidak menggunakan tindakan kekerasan, sedangkan radikalisme tingkah laku cenderung melakukan tindakan-tindakan penolak dengan kekerasan. Radikal menurut Collinsdictionary :

Radical people believe that there should be great changes in society and try to bring about these changes; A radical is someone who has radical views. Orang radikal percaya bahwa harus ada perubahan besar dalam masyarakat dan mencoba membawa perubahan ini; Radikal adalah seseorang yang memiliki pandangan radikal

Faktor-faktor munculnya radikalisme di Indonesia telah diuraikan oleh Syamsul Bakri, seorang dosen Peradaban Islam STAIN Surakarta, dalam buku Radikalisme Agama & Tantangan Kebangsaan beliau membaginya menjadi 5 faktor (Saifuddin, 2014).

Pertama, Faktor social-politik, dalam hal ini kemunculan radikalisme karena fenomena kekerasan  agama ang dilihat sebagai gejala social-politik dari pada gejala keagaman. Gerakan yang salah kaprah oleh negara Barat semabagi radikalisme Islam itu lebih tepat dilihat akar permasalahannya dari sudut pandang social-politik dalam kerangka historis manusia masyarakat.

Kedua, faktor emosi keagaman atau faktor sentimen keagaman, termasuk didalamnya adalah solidiritas keagaman untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Kelompok-kelompok gerakan yang muncul ditengah measyarakat dengan mengatasnamakan agama secara terang-terangan memperlihatkan emosi kemarahan menolak pemimpin yang dianggap kafir. Dengan kata lain, kelompok tersebut tidak menyetujui atau menolak pemimpin yang mereka nilai tidak mengikuti aturan-aturan agama.

Ketiga, faktor kultural, seperti yang diungkapkan oleh Musa Asy'ari bahwa di dalam masyarakat selalu diketemukan usaha untuk melepaskan diri dari jeratan jarring-jaring kebudayaan tertentu yang dianggap tidak sesuai. Maka dari itu, bagi kelompok yang mengatasnamakan agama berusaha melepas dari jeratan kebudyaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. Melalui sebuah organisasi keagamaan beberapa kelompok keagaman melakukan pemberantasan terhadap budaya sekularisme dengan cara radikal.

Keempat, faktor ideologi anti westernisme. Westernisme merupakan suatu pemikiran yang membhayakan muslim dalam mengaplikasikan syariat Islam. Sehingga simbol-simbol Barat harus dihacurkan demi penegakkan syariat Islam. Idologi fundamentalisme sebagai ideologi anti westernisme.

Kelima, faktor kebijakan pemerintah. Ketidakmampuan pemerintah di negara-negara Islam untuk bertindak memperbaiki situasi atas berkembangnya frustasi dan kemarahan sebagian umat Islam disebabkan dominasi ideologi, militer maupun ekonomi dari negara-negara besar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun