Mohon tunggu...
Khanif Fauzan
Khanif Fauzan Mohon Tunggu... Penulis - Pustakawan

Terima kasih telah berkunjung, semoga barakah manfaat! :) https://linktr.ee/fauzankhanief

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wahai Penulis, Berkaryalah untuk Allah!

15 Juni 2020   09:09 Diperbarui: 1 Juli 2020   01:08 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Membuka Segala Cakrawala

Seorang teman mengeluhkan, begitu banyaknya tulisan yang lebih tepat di sebut 'Sampah Informasi' dari pada informasi yang aktual. Meski sudah unfollow akun-akun receh di twitter dan IG, tetap saja ada rasa kasihan ketika melihat banyaknya orang yang suka baca tulisan kosong.

Saya kira lebih banyak orang berniat membaca sebuah artikel sekedar buat memuaskan rasa penasaran, nggak benar-benar butuh untuk membaca.  Itu jadi sebab, kenapa popularitas artis dadakan mudah terangkat di media sosial. Sederhana. Netizen suka yang beda. Suka kontroversial meski tak punya manfaat dalam realitanya.

 Saya punya kawan sesama mahasiswa, curhat masalah dirinya yang merasa nggak produktif sama sekali. Ketika SMP, saat tes IQ dia mencapai 110. Kawannya yang hanya IQ 98 dia bisa jadi pengusaha, sekaligus organisator yang baik, padahal cuma lulusan SMA.

Tentu saja saya heran mendengar keluhannya. Dia mengharap jadi pengusaha, tapi kebiasaan kayak pengangguran. Organisasi cuma ikut-ikutan. Di motivasi jualan, katanya nggak ada skill. Sekalinya tahu artis favoritnya di cela netizen IG, lincah sekali jarinya men-counter di komen. Saya bilang, 'Kamu lebih cocok jadi buzzer dari pada pengusaha'

Apalagi banyak tulisan click bait tercetak tebal di internet. Tersebar, viewers-nya sangat banyak. Meski tulisan-tulisan islami juga dimana-mana, namun jumlahnya amat terbatas. Nggak viral-viral banget.

Sebuah tulisan dapat mempengaruhi pikiran, kita semua tahu itu. Sebuah tulisan adalah wujud isi kepala si penulis, idelisme penulis. Kita juga di paksakan idealisme norma masyarakat lewat tulisan, bukan? Maka, untuk para penulis yang yakin semua tulisan akan di pertanggung jawabkan di akhirat, tentu perlu meluruskan niat, menulis hanya untuk Allah.

Menulis untuk menuntaskan misi sebagai manusia beragama

Antara yang beragama dengan tidak beragama tentu punya perbedaan dalam misi kehidupan. Manusia tanpa agama hanya memiliki dua misi hidup, yakni sekedar memenuhi syahwat dan mempertahankan hidup. (Q.S. Muhammad ayat 12)

Sedangkan misi kehidupan manusia, sesungguhnya adalah memakmurkan dunia dengan petunjuk Allah(Sunnatullah). (Q.S. Al-Hujurat ayat 13). Ladang jariyah dari menulis tidaklah terbatas! Sekali orang terinspirasi kebaikan dari tulisan kita, pahala akan terus mengalir walau kita telah meninggal.

Begitu juga bila tulisan membuat orang berperilaku jahat. Dosanya akan terus mengalir, dosa jariyah. Bukankah kita sekarang hidup dari manfaat tulisan-nya ulama ratusan tahun lalu seperti, Imam Bukhari, Imam Ghazali, Imam Nawawi? Mereka abadi sebab kebermanfaatan. Abadi karena Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun