Mohon tunggu...
Nita Meiliana
Nita Meiliana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Pilkada Jabar 2018: Menggenjot Pertumbuhan Ekonomi Mengerem Inflasi

14 Maret 2018   08:30 Diperbarui: 14 Maret 2018   09:38 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Oleh : Nita Meiliana Sulastri/Statistisi Pelaksana Lanjutan 

Pesta demokrasi akan berlangsung di Indonesia pada tanggal 27 Juni 2018 serentak. Namun perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) ibarat dua sisi mata uang bagi perekonomian Jawa Barat. Berkah positif mengerek pertumbuhan ekonomi, sebaliknya juga berpotensi mengungkit laju inflasi.

Semarak pesta demokrasi yang berlangsung di 17 kabupaten/kota dan pemilihan gubernur tingkat provinsi di Jabar bakal dibarengi dengan 'banjir uang'. Meski Komisi Pemilihan Umum (KPU) melarang adanya politik uang, setiap calon punya beragam cara untuk menarik simpati massa.

Uang yang beredar pun diperkirakan tak kecil. Efek musiman terhadap perekonomian seiring kontestasi Pilkada wajib dikelola.

Terindikasi bahwa pilkada menjadi satu pemicu menopang pertumbuhan, kendati efeknya tidak signifikan. Pengaruh yang aan dirasakan adalah pada penghitungan PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) jabar nanti.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) bahwa perkiraan dari efek musim politik hanya menyumbang 0,4% terhadap pertumbuhan ekonomi Jabar. Saat ini, PDRB Jabar telah mencapai Rp300 triliun, sedangkan penambahan sirkulasi uang dari kontestasi politik di regional berkisar Rp10 triliun untuk seluruh wilayah.

Kesimpulannya bahwa laju pertumbuhan Jabar tetap disangga kegiatan investasi, konsumsi, dan ekspor. Geliat pembangunan infrastruktur dan penyaluran anggaran sosial akan ikut mengungkit PDRB.

Sebaliknya, perputaran uang yang meningkat cepat seiring pilkada justru berpotensi memicu inflasi. Terlebih pada dua pekan awal tahun ini, tingkat inflasi Jabar telah menyentuh 0,44% (Data BPS,inflasi bulan Februari 2018)

Laju inflasi kian tidak terkendali akibat faktor harga pangan (volatile food). Kegagalan panen serta terjadinya bencana alam telah menggerus stok pangan.

Terkait potensi inflasi itu, ternyata suntikan keuangan baik dari pemerintah maupun kontestan pilkada memberi efek inflasi yang tak sedikit.

Persoalan klise seiring berlangsungnya pilkada yaitu praktik politik uang. Dengan dana besar, mesin politik secara langsung mendongkrak daya beli masyarakat. Adanya uang yang dibagi-bagikan kepada masyarakat membuat masyarakat membelanjakannya di pasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun