Mohon tunggu...
nisa lutfiana
nisa lutfiana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Cacian dan Kebanggan Melemahnya Rupiah

7 Januari 2019   16:35 Diperbarui: 7 Januari 2019   16:42 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kita berbicara tentang nilai mata uang suatu negara, pasti membandingkan mata uang satu dengan yang lain. yang jadi patokan adalah mata uang dolar Amerika Serikat (USD). Sebagai contoh nilai tukar rupiah pada tanggal 4 oktober 2018 saat itu mencapai Rp 15.190 yang artinya dolar menguat cukup tinggi. dalam ilmu ekonomi melemahnya mata uang disebut dengan depresiasi. Sebenarnya bukan Rupiah yang melemah, tetapi dolar AS yang menguat. 

Penyebab nilai dolar AS tiba-tiba melonjak adalah permintaan dolar itu sendiri sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran. Kenaikan dolar AS inilah yang menjadi pemicu awal depresiasi nilai mata uang di berbagai negara, termasuk di negara kita. Dan pada tanggal 7 Januari 2019 nilai dolar terhadap rupiah turun yaitu 1 dolar amerika serikat sama dengan Rp 14.093,05 dan itupun bisa berubah sewaktu-waktu. Salah satu penyebab meredam naiknya dolar  AS adalah mulai berjalannya ketentuan Bank Indonesia mengenai transaksi domestic non-deliverable forward (DNDF) yang tujuannya untuk meningkatkan stabilitas nilai tukar rupiah.  

Pada situasi naiknya nilai tukar rupiah pada dolar, tentunya sangat berdampak bagi perekonomian Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara pengimpor barang terbesar di dunia. Penguatan dolar AS telah dirasakan dampaknya pada kenaikan barang-barang yang diimpor oleh masyarakat ataupun oleh pemerintah Indonesia. Kenaikan tersebut nantinya memberi pengaruh juga kepada inflasi. 

Angka inflasi cenderung naik karena produsen dalam negeri mengandalkan bahan baku dari luar negeri untuk produksi, mengakibatkan harga produk juga ikut mahal dan mendorong naiknya inflasi. Mungkin belum terlihat dampak yang signifikan terhadap inflasi tersebut, tetapi kita bisa melihat dua atau tiga bulan setelah terjadi kenaikan dolar AS. Yang sudah biasa di Indonesia yang terjadi setiap tahun, pada dua atau satu bulan lagi yaitu pada tahun baru dan natal pasti terjadi lonjakkan harga-harga pangan. 

Ada juga barang elektronik, dia mematok harga dengan US dolar dan sistem produksi elektronik relatif singkat. Itu menyebabkan barang yang dibeli oleh konsumen memakai kurs dolar terbaru, sehingga sangat cepat menyesuaikan harga tinggi maupun rendah. Leptop, telepon seluler, televisi itu barang yang langsung menyesuaikan harga dengan kurs dolar yang baru. Dan terjadi juga pada produk jasa seperti tour dan travel. 

Perusahaan agen perjalanan khususnya untuk paket-paket perjalanan ke luar negeri juga langsung terkena dampak kenaikan biaya. Karena para agen perjalanan selalu mematok biaya dengan dolar. Bila dolar menguat pasti efeknya langsung pada harga paket perjalanan yang di dalamnya ada biaya pesawat, hotel dan biaya lain-lain.

Selain dampak pada kegiatan sehari-hari, kenaikan dolar berpengarung pada investor asing yang sudah percaya dengan negara kita untuk menanamkan modal di Indonesia. Mereka satu persatu pasti akan kabur secara perlahan mengalihkan kekayaannya ke nagara lain ataupun mengalihkannya dalam bentuk dolar, karena mereka menganggap kecil kemungkinan gagal ber investasi di negara yang memakai mata uang dolar daripada mata uang rupiah di Indonesia. 

Itu menyebabkan turunnya indek harga saham dan membuat perusahaan-perusahaan di Indonesia menjadi kekurangan modal untuk mengembangkan bisnis mereka. Begitu juga pada utang negara yang sebagian besar berbentuk dolar amerika. Utang kita akan  menjadi lebih membengkak dari prediksi sebelumnya.

Tetapi dari naiknya dolar ini membuat daya konsumsi masyarakat terhadap barang impor semakin menurun dan itu menguntungkan bagi Indonesia. Dengan memperkuat ekspor kita keluar negeri, pasti akan menutupi sedikit masalah inflasi yang terjadi karena kenaikan dolar. Mungkin jika terpaksa harus mengimpor barang dari luar negeri, kita hanya mengimpor barang-barang substitusi yang tidak ada di negara kita atau kurang dari yang dibutuhkan oleh masayarakat atau untuk untuk menyeimbangkan harga pasar di Indonesia.  

Tetapi, pelemahan rupiah tidak berdampak pada kenaikan harga barang-barang ritel dalam waktu dekat di Indonesia. Pasalnya, mayoritas barang ritel saat ini merupakan produk domestik. Tetapi tidak semua produk domestik dan pasti ada yang impor seperti daging sapi, mentega, susu.

Ada juga keuntungan yang bisa kita dapatkan dari menguatnya dolar AS, yaitu beberapa masyarakat Indonesia yang memiliki usaha yang target pasarnya adalah pasar luar negeri dan eksportir ke berbagai negara pasti diuntungkan dengan kejadian ini. Mereka sangat diuntungkan dengan tingginya harga dolar AS karena hal tersebut membuat produk-produk mereka menjadi lebih relatif lebih murah dibanding produk lain yang sejenis di negara yang mereka ekspor kan. Membuat barang mereka akan jauh lebih laku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun