Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berkaca pada Munir, Setya Novanto Takut Laporkan Maroef Sjamsoeddin ke Bareskrim, BIN Tak Pernah Kalah

10 Desember 2015   21:05 Diperbarui: 10 Desember 2015   21:15 8681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kepala BIN Sutiyoso I Sumber Kompas.com"][/caption]

Setya Novanto, yang sebulan lalu adalah the untouchable, mighty, and unstoppable ternyata cemen. Nangis air mata buaya mewek kayak bayi di sidang MKD. Membela diri pun hanya Sudirman Said yang dilaporkan ke Bareskrim. Beraninya Setya Novanto sama dia. Harusnya, karena rekaman dianggap illegal, melanggar hukum, tidak sah, sumbernya yang dilaporkan: orang BIN Maroef Sjamsoeddin. Takutlah Setya Novanto. Kenapa? Kasus Munir dan berbagai kasus lainnya pun tak menyeret BIN. Selesai kasus di Polycarpus dan bebas sudah dia.

Setya Novanto sadar bahwa dirinya berhadapan dengan BIN. Mari kita tengok rasa takut dan keder Setya Novanto yang tidak berani melaporkan Maroef Sjamsoeddin ke Bareskrim Polri dengan hati gembira ria riang senang suka-cita bahagia pesta-pora ngakak menertawai kekederan dan ketakutan Setya Novanto yang kini bergelar the Lame Duck itu senantiasa selamanya.

Benar. Setya Novanto tak berani melaporkan Maroef Sjamsoeddin ke Bareskrim Polri. Berkaca kasus Munir – yang menuduh keterlibatan BIN – ternyata omong kosong belaka. Tak ada bukti apapun yang menunjukkan keterlibatan BIN dalam kasus kematian sakit perut Munir di pesawat Garuda. Polycarpus pun dipersalahkan dan dianggap sebagai pihak yang bekerja sendiri tanpa motif. Tak jelas.

Pun dalam sejarah di muka Bumi, badan intelejen, mana pun termasuk Mossad, M16, CIA, KGB, dan lain-lain termasuk BIN adalah organ dan alat negara. BIN pun adalah pilar negara yang steril dan bebas dari perbuatan yang dianggap salah. BIN bergerak untuk menyelamatkan dan mengawasi setiap potensi, ancaman dan gerakan yang membahayakan Negara Republik Indonesia.

Dan, dalam sejarah intelejen di dunia, tak ada pimpinan dan anggota espionage alias spy yang jelas dan benar sebagai anggota badan intelejen lalu dihukum. Polycarpus dan peristiwa serupa terkait agent dan double agent dan anggota badan intelejen tak pernah menyentuh dengan jelas ke dalam individu pentolan dan pejabat BIN. Steril dari tuduhan kesalahan.

Maka menjadi sangat masuk akal, Setya Novanto sebagai orang terkuat di Indonesia pun bertekuk lutut dan terjepit oleh Maroef Sjamsoeddin. Tentu institusi BIN tak akan mau dipersalahkan dan kredibilitas BIN akan dipertaruhkan demi Setya Novanto. BIN bekerja untuk Negara, bukan untuk perorangan, bukan untuk Presiden RI, namun Presiden RI mendapat laporan dan menggunakan data intelejen untuk membuat berbagai keputusan strategis. Di sinilah kecerdasan the Operators.

Maka, Sudirman Said sebagai orang ESDM menjadi picu untuk mengungkap kasus Papa Minta Saham oleh Setya Novanto dan Muhammad Riza Chalid atau Reza Chalid. Untuk membuat kasus ini diketahui publik, maka Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD)-lah yang membuka borok itu. Jelas. Rakyat melihat. Upaya menetralkan dan lobby terhadap Presiden Jokowi dan kelompoknya dengan iming-iming suasana tenang di DPR tidak disambut oleh Presiden Jokowi. Pun Presiden Jokowi sadar bahwa ancaman pemakzulan itu memang ada dan terbukti dari dalam rekaman yang dilakukan oleh Maroef Sjamsoeddin. Maka the Operators yang bertindak untuk kepentingan Presiden Jokowi pun tak mau kecolongan: Setya Novanto harus jatuh, karena ancaman penjatuhan oleh para mafia dan koruptor sangat jelas dan eminent.

Kehilangan akal, Setya Novanto pun tak berani melaporkan Maroef Sjamsoeddin. Yang bisa dilakukan oleh Setya Novanto hanya melaporkan Sudirman Said yang dianggap lemah dan tak berdaya. Hal itu sangat disadari dan meskipun menyebut tindakan Maroef Sjamsoeddin illegal, tidak sah, melanggar hukum, namun itu hanya teriakan anak kecil yang meminta layang-layang; tak bermakna untuk ditanggapi. Ngeper. Cemen. Setya Novanto dan Fadli Zon serta Fahri Hamzah tak berani melaporkan orang yang membuat dan melakukan perekaman: sumbernya, yakni Maroef Sjamsoeddin.

Nah, jadi dalam kasus Papa Minta Saham ini, perekam pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla adalah orang BIN, Maroef Sjamsoeddin. Jelas Setya Novanto dan Riza Chalid terjebak dan kalau pun dijebak ya harus demikian lah isinya pemufakatan jahat kok. Dan ketika merasa dijebak pun Setya Novanto dan Reza atau Riza Chalid tak bisa berkutik. Tak ada cerita orang BIN kalah melawan mafia Petral MUhammad Reza Chalid atau Muhammad Riza Chalid dan Setya Novanto. Makanya Setya Novanto pasti lengser.

Salam bahagia ala saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun