Saat ini, Prabowo seolah-olah dapat bertindak semaunya di bidang politik dan hukum. Berbagai pernyataan mulai dari Prabowo di MK dan Hashim yang selalu tidak akurat dan bersifat agitatif, sampai langkah politik-konstitusional oleh Tims Hukum dan Fadli Zon, menunjukkan bahwa Prabowo masih dianggap memiliki kekuatan, pengaruh, penentu kebijakan politik ke depan. Namun, jika dicermati di balik sikap politik yang menarik Prabowo itu - tampak seolah sebagai penguasa dan semua orang takut kepada Prabowo - ada kekuatan yang berperan dengan tujuan utama mengakhiri karir politik Prabowo.
Gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi satu titik penting perjalanan sikap politik Prabowo. Satu episode drama di MK tampaknya hanya akan menjadi satu episode perantara menuju episode berikutnya. Berbagai pernyataan seperti Tantowi Yahya yang akan menggulirkan Pansus Pilpres dalam sidang paripurna DPR dan sekaligus secara politis menghambat pelantikan Jokowi-JK. Di balik upaya dan gempita Prabowo dengan sepak terjang politiknya itu, teryata ada kekuatan yang bermain yang tidak dipahami dan bahkan dilupakan oleh Prabowo.
Publik kadang tak paham akan penyebab anomali perilaku politik Prabowo yang tampak menjadi sangat mengejutkan. Rakyat dibuat terperangah. Masyarakat dibuat geleng-geleng kepala. Ada yang kagum dan ada yang maklum. Anomali sikap politik aneh, rumit, konyol, lucu, kekanak-kanakan ditampilkan oleh Prabowo beserta jajarannya.
Ada tiga kekuatan yang sedang menggiring Prabowo untuk pada akhirnya mengakhiri karir politik Prabowo Subianto untuk selama-lamanya. Prabowo bahkan tak akan mampu kembali maju pada 2014 karena sikap politik yang salah - yang disebabkan Prabowo tak memahami permainan politik dan hukum.
Pertama, Prabowo melupakan kekuatan politik Golkar. Kekuatan politik Golkar adalah dalam kekuasaan dan pemerintahan. Tidak ada cerita Golkar di luar pemerintahan. Setelah ditekan oleh Agung Laksono, Suhardiman, Fahmi Idris dan orang kuat Golkar semacam Yorries Rawayai dan para pentolan Faksi Muda dan Pendiri Golkar, Golkar surut melalui pernyataannya hanya akan menjadi partai penyeimbang dan bukan oposisi.
Kekuatan Golkar artinya memiliki daya tekan terhadap Jokowi-JK sekaligus terhadap Prabowo. Golkar memiliki bargaining position kuat baik terhadap Prabowo maupun Jokowi. Artinya, Golkar tetap akan condong pada ikut bergabung ke pemerintahan atau minimal bermain di dua kaki: yang disebut Ical sebagai partai penyeimbang di luar pemerintahan Jokowi-JK.
Jadi, Golkar saat ini tengah menyelaraskan diri untuk keluar dari Prahara Koalisi Permanen. Golkar akan mencari cara agar tetap memiliki peluang menyelamatkan Ical dengan pergantian yang elegan dan terhormat. Ical adalah kapal karam yang akan ditenggelamkan pelan-pelan penuh kehormatan oleh internal Golkar.
Tiga kesalahan Ical yang gagal memimpin Golkar yakni, (1) jumlah kursi DPR merosot, (2) gagal menjadi capres dan bahkan cawapres, (3) salah mendukung capres yang ternyata kalah. Itu dosa Ical yang menggiring Ical terjungkal di 2014. Posisi rentan Ical ini menjadi kekuatan Golkar untuk melakukan tawaran - di satu sisi kursi Golkar yang 14,80% jika dicabut dari Koalisi Permanen, maka serta-merta Koalisi Permanen kehilangan mayoritasnya.
Kedua, Prabowo melupakan kekuatan SBY, Moeldoko, dan Sutarman. Prabowo dan Timses serta mitra koalisi melupakan dan menganggap ketiga orang tersebut lemah dan tidak berpengaruh. Prabowo lupa bahwa SBY telah mendukung Jokowi-JK, dengan bukti berpidato menitipkan kedaulatan NKRI kepada Jokowi. SBY membiarkan para pejabat luar negeri menemui Jokowi sebagai presiden terpilih. SBY berkali-kali mengajak Jokowi membahas APBN(P) 2014 dan APBN 2015.
Di lain pihak, SBY tak pernah melibatkan Prabowo ke dalam acara seremonial Istana dan Kenegaraan. Pada tanggal 17 Agustus 2014, Jokowi bersama Megawati - jika Mega sudah kembali dari liburan ke Amerika Serikat - menghadiri Upacara HUT RI ke-69. Prabowo hanya akan menjadi pihak sebagai peserta dan tidak duduk di deretan pejabat karena Prabowo hanya pimpinan partai.
Moeldoko adalah orang kuat dan Jenderal TNI yang brilian dengan masa depan cerah sebagai calon presiden RI yang mumpuni. Sikap tegas, kecerdasan, kesetiaan, dan kemampuan komunikasi pribadi dan politik kemiliteran yang luar biasa telah menempatkan Moeldoko sebagai calon kuat Presiden RI masa depan.