Mohon tunggu...
Nindy Elisya
Nindy Elisya Mohon Tunggu... Pelajar

hobi memasak dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Keunikan Rasa Pahit dari Rumpu Rampe

14 Agustus 2025   10:17 Diperbarui: 14 Agustus 2025   10:17 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sayuran maupakan sumber makanan yang kaya akan vitamin, mineral, dan serat, serta memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan gizi seimbang. Dalam konsep empat sehat lima sempurna, sayuran menjadi unsur penting yang harus dikonsumsi setiap hari. Beberapa jenis sayuran memang memiliki rasa pahit, namun tetapi memiliki banyak khasiat bagi kesihatan.

Seperti rumpu rampe makanan tradisional yang berasal dari wilayah Flores,Nusa Tenggara Timur (NTT). Nama rumpu rampe berasal dari dua kata dalam bahasa dalah yaitu "rumpu" yang berarti rumput atau dau daunan dan "rampe" yang berarti campurun. Dengan demikian, secara harfiah rumpu rampe berarti "campuran daun-daunan". Hidangan ini muncul dari kearifan lokal masyarakat flores yang tinggal di daerah dengan kondisi tanah kering dan sumber pangan yang terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari, mereka memanfaatkan tanaman yang tumbuh di sekitar seperti daun pepaya, bunga pepaya, dan daun singkong. Rumpu rampe memiliki keunikan tersandiri yang menjadikannya istimewa serta menjadi simbol kesederhanaan masyarakat NTT dan bentuk kecintaan mereka terhadap alam.

Bahan utama Rumpu Rampe terdiri dari berbagai daun-daunan seperti daun pepaya, bunga pepaya, daun singkong, dan terkadang juga ditambahkan daun kelor atau daun ubi. Semua bahan tersebut direbus terlebih dahulu untuk mengurangi rasa pahitnya, lalu ditumis bersama bawang merah, bawang putih, dan cabai. Beberapa masyarakat juga menambahkan kelapa parut sangrai atau ikan teri agar cita rasanya lebih gurih dan lezat. Hidangan ini biasanya disantap bersama sambal lu'at, yaitu sambal khas NTT yang terbuat dari cabai, jeruk nipis, dan daun kemangi, sehingga menambah rasa segar dan pedas. Selain itu, rampu rampe juga dapat disantap dengan daging asap khas NTT atau yang dikenal dengan nama se'i. Kombinasi rumpu rampe dengan sambal lu'at dan se'i menciptakan cita rasa yang unik dan menggugah selera. Selain cita rasanya yang khas, rumpu rampe menyimpan banyak manfaat bagi kesehatan. Daun pepaya dan bunga pepaya mengandung enzim papain yang baik untuk pencernaan, sementara daun kelor kaya vitamin dan mineral. Kandungan serat dari berbagai sayuran membantu menjaga kesehatan usus, sedangkan tambahan ikan teri atau daging se'i memberikan protein yang dibutuhkan tubuh. Kombinasi gizi ini membuat rumpu rampe bukan sekadar lezat, tetapi juga menyehatkan. tidak hanya lezat dan sehat, cara pengolahannya sederhana dan menggunakan bahan bahan yang mudah didapatkan, rumpu rampe menjadi makanan sehari hari masyarakat NTT sekaligus bagian dari identitas budaya yang terus di lestarikan.

Rumpu rampe bukan hanya sekadar makanan, melainkan juga bagian dari identitas budaya masyarakat Nusa Tenggara Timur, khususnya di Flores. Masyarakat setempat memanfaatkan berbagai bahan pangan yang tersedia di alam sekitar sebagai bentuk kecintaan sekaligus penghargaan terhadap alam melalui kuliner tradisional. Dahulu dikenal sebagai hidangan rumahan sederhana, rumpu tampe kini berkembang menjadi simbol budaya, kesehatan, dan pelestarian tradisi kuliner daerah. Hidangan ini kerap hadir dalam berbagai momen penting, seperti acara keluarga, syukuran, upacara adat, pesta pernikahan, hingga festival kuliner lokal. Dalam setiap penyajiannya, rumpu tampe mencerminkan nilai kebersamaan, gotong royong, serta rasa cinta masyarakat terhadap alam dan warisan leluhur. Keunikan rasa dan proses pengolahannya membuat rumpu rampe tidak hanya diminati masyarakat lokal, tetapi juga menarik perhatian wisatawan yang ingin merasakan kekayaan kuliner khas NTT secara langsung.

Sebagai warisan kuliner khas Nusa Tenggara Timur, rumpu rampe memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar hidangan lezat. Perpaduan bahan alami, cita rasa khas, dan proses memasaknya yang sederhana mencerminkan kedekatan masyarakat dengan alam serta kebiasaan hidup sehat. Kehadirannya dalam berbagai acara adat, perayaan, maupun hidangan sehari-hari menunjukkan bahwa rumpu tampe bukan hanya bagian dari meja makan, tetapi juga simbol kebersamaan dan pelestarian budaya. Dengan terus mempertahankan resep dan cara penyajiannya, generasi sekarang turut menjaga agar kelezatan dan nilai tradisi rumpu rampe tetap hidup untuk dinikmati di masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun