Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jurus-jurus Jitu Menanggapi Omongan Tetangga

2 Mei 2021   14:33 Diperbarui: 2 Mei 2021   14:37 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi :tribunnews.com

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya." (HR Bukhari-Muslim).

"Dan berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya engkau menjadi seorang Muslim." (HR Ibnu Majah

Hidup bertetangga memang memiliki dinamika sendiri. Berbagai karakter yang dimiliki para tetangga membuat kita harus selektif dan berhati-hati dalam berbicara. Pasalnya tidak semua tetangga akan merasa senang dengan apa yang akan kita bicarakan.

Demikian pula sebaliknya, kita pun harus selektif dalam menanggapi apa yang disampaikan oleh tetangga-tetangga kita apalagi berkaitan dengan kehidupan orang lain. Bisa saja apa yang disampaikan para tetangga itu tidak benar alias fitnah.

Karakter tetangga itu ada ya cool dan   tidak peduli dengan yang kita lakukan. Selama tidak merugikan orang lain. Ada pula yang nyinyir tentang kehidupan tetangganya. Setiap yang dilakukan para tetangganya akan menjadi bahan gunjingan dan cemoohan. Mungkin dia akan berkeliling ke seluruh penjuru kompleks untuk bergunjing.

Islam sendiri mengatur adab bertetangga. Ada hadist yang menyatakan bahwa kita harus menghormati tetangga. Dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: "Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tetangganya".

Bagaimana kita memuliakan tetangga kita?

  • Hendaknya menengok tetangga yang sedang sakit. Jika ada tetangga yang sakit, kita harus menengoknya sebagai wujud dari empati kita kepadanya.
  • Kita tidak perlu membicarakannya. Jika tetangga melakukan tindakan yang mengganggu dan tidak sesuai dengan norma, sebaiknya menegurnya dengan bahasa yang santun. Memang lidah tak bertulang sehingga kerap kita lupa untuk untuk membuat ghibah dan membicarakan keburukan orang lain. Abu Hurairah menyatakan Pernah suatu saat Rasulullah yang artinya;"Tahukah kalian, apakah itu ghibah? Para sahabat menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui."
  • Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Engkau membicarakan sesuatu yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai sesuatu yang tidak dia sukai. Salah seorang sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah SAW, bagaimana pendapatmu jika yang aku bicarakan benar-benar ada pada diri saudaraku?" Rasulullah SAW menjawab, jika yang kau bicarakan ada pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mengghibahinya. Sedangkan jika yang engkau bicarakan tidak terdapat pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya." (H.R. Muslim)
  • Memberikan makanan yang kita buat. Berbagi dengan tetangga akan mempererat hubungan diantara keduanya.
  • Nabi Muhammad SAW bersabda: "Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan." (HR Al Baihaqi)
  • Saling menolong dalam kebaikan.

Lalu bagaimana jika ada tetangga yang menyebalkan, nyinyir dan tukang membicarakan kita? Yang tingkat kekepoannya sudah melewati batas?

  • Lakukan intropeksi diri. Tak ada asap jika tak ada api. Mungkin saja omongan yang disampaikan tetangga ada benarnya. Jadi lebih baik kita melihat kembali tindakan yang dilakukan agar benar-benar yakin tidak menyalahi aturan.
  • Batasi interaksi dengan tetangga yang suka  menggibah dan suka kepo pada setiap urusan yang kita kerjakan. Lebih baik disebut sombong daripada kita harus kena dosa gegara meladeni ucapannya. 
  • Bersikaplah EGP (emang gue pikirin) selama apa yang menjadi bahan gunjingannya tidak benar. Sikap ini dibutuhkan agar kita tidak terus menerus memikirkan omongan tetangga. Kita akan tetap fokus bekerja dan melakukan aktivitas lainnya.
  • Bersikap sabar saat menghadapi omongan tetangga. Pasrah  kepada Maha Pencipta dan yakin lah bahwa itu merupakan ujian kesabaran.
  • Kita tidak perlu membalas dendam dengan membicarakan balik tentang tetangga tersebut. Jka kita melakukan balas dendam maka kita pun sama buruknya dengan dia.
  • Jika omongan tetangga sudah menjurus kepada fitnah yang sangat merugikan kehidupan sosial, kita boleh menegur nya atau melaporkannya kepada aparat setingkat RT. Hukuman harus diberikan kepada tetangga yang sudah merugikan.

Jurus-jurus jitu itu dapat kita gunakan untuk menghadapi tetangga yang suka membicarakan keburukan kiya kepada orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun