Mohon tunggu...
Niko Simamora
Niko Simamora Mohon Tunggu... Pengajar - Menulis

@nikomamora~\r\nnikosimamora.wordpress.com~\r\nniko_smora@live.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

"Ride Sharing" dan "Mood" Warga Jakarta

12 November 2017   13:57 Diperbarui: 12 November 2017   14:12 10482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemacetan Jakarta sejauh ini sudah membawa dampak yang luas bagi penduduk Jakarta dan bahkan bagi pendatang. Tanpa sadar, kerapkali kemacetan yang muncul dan dihadapi sehari-hari membuat emosi tidak stabil, apalagi bila kemacetan tak terduga. Bila sebelumnya kita sudah memperhitungkan waktu ditambah dengan kemacetan untuk menuju suatu tempat dan ternyata di luar perkiraan, ada kemacetan di sepanjang jalan yang kita lalui, alhasil kita bisa gelisah. Apalagi tujuan kita adalah suatu pertemuan penting, di mana ketepatan waktu menjadi salah satu penilaian, seperti wawancara kerja, meeting dengan klien, atau bahkan keberangkatan pesawat yang sangat tidak menolerir keterlambatan. Keringat dingin, pucat, panik, dan sebagainya bisa muncul seketika.

Kejadian ekstrim itu memang seringkali menimpa warga ibukota yang sudah sehari-hari menikmatinya. Ada yang sudah tahan banting sehingga bisa tetap tampil tenang, ada juga yang sibuk dengan smartphone untuk mengecek situasi jalan melalui peta digital, ada yang panik sehingga orang di sekitarnya terganggu, dan banyak hal. Kondisi tersebut memang sangat spesifik kepada setiap orang. Kemacetan dari akar masalahnya terjadi karena kapasitas jalan tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan kendaraan. Sehingga ketika pertumbuhan kendaraan begitu cepat, sementara kapasitas jalan bertumbuh dengan lambat bahkan tidak bertumbuh, maka terjadilah kemacetan.

Bagaimana dengan solusi untuk meningkatkan jumlah transportasi publik yang bisa mengcover seluruh ibukota? Ini adalah solusi yang baik. Sehingga dengan tersedianya sarana transportasi publik yang baik, masyarakat bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Dengan demikian, tingkat kemacetan bisa tereduksi. Terima kasih untuk transportasi publik. Namun, tetap ada kritik bagi transportasi publik kita saat ini, bahwa kenyamanannya masih dirasa kurang. Bila terjadi kepadatan penumpang, ada kemacetan yang sulit dielakkan. Lihat saja stasiun KRL maupun halte bis Transjakarta bila sedang padat. Ampun!

Dan masalah lain yang menurut saya sangat butuh perhatian adalah ketidakramahan terhadap kaum disabilitas. Memang sudah diupayakan untuk mengakomodasi kaum difabel maupun orang-orang yang berkebutuhan khusus untuk bisa menggunakan transportasi publik. Namun secara umum belum bisa diandalkan. Belum lagi berbicara tentang orang-orang yang berkebutuhan khusus, yang mau tidak mau harus punya ruang sendiri dan sulit berbagi untuk orang lain. Sebagai contoh pengguna kursi roda, ibu-ibu yang sedang menyusui, dan bahkan ada juga orang-orang yang secara psikologis tidak bisa berdesak-desakan di transportasi publik. Bagaimana mengatasi hal tersebut?

Sebagai pioneer transportasi berbasis online, Uber ternyata terus berinovasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya. Dengan tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan penumpang, Uber meluncurkan Ride Sharing, layanan berkendara bersama yang bisa dimanfaatkan oleh setiap penumpang. Konsep Ride Sharing adalah pengembangan dari kebiasaan penumpang yang suka nebeng sama teman, tetangga, saudara, atau siapapun. Melalui inovasi ini, jumlah kendaraan yang beraktivitas di Jakarta bisa dikurangi dan juga setiap penumpang bisa menghemat biaya parkir yang semakin tinggi harganya.

Saya punya teman yang tidak nyaman bila melihat keramaian bila menggunakan alat transportasi. Sehingga, pilihan utamanya adalah selalu menggunakan kendaraan pribadi maupun taksi. Dengan layanan Ride Sharing ini, ia bisa tetap bisa nyaman karena penggunaan kendaraan pribadi . Selain nyaman, keuntungan lain yang boleh didapatkan adalah biaya pengeluaran yang bisa dikurangi, contohnya untuk bahan bakar dan parkir. Kita pun semakin merasa nyaman ketika kita bisa menikmati Ride Sharing begitu keluar dari pintu rumah kita, tidak seperti transportasi umum yang harus diakses di halte maupun stasiun. Atau bisa juga kita menikmati Ride Sharing sebagai transportasi antara untuk bisa mengakses ke stasiun atau halte.

Konsep Ride Sharing bisa menjadi jawaban untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Jalan semakin lancar, ketemu banyak kenalan untuk ngobrol, tidak pusing dengan urusan parkiran, dan terutama bisa diakses begitu keluar dari pintu rumah bisa meningkatkan kualitas hidup alias mood warga Jakarta. Coba cek video Boxes | Ayo kita #UnlockJakarta berikut ini, kalau tidak mau Jakarta semakin macet, bersama Uber, kita bisa unlocking Jakarta city together.


Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun