Mohon tunggu...
Nikolaus Anggal
Nikolaus Anggal Mohon Tunggu... Dosen - Hidup adalah perjuangan

Hidup adalah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perbedaan Melahirkan Sikap Adaptif dan Kreatif dalam Merajut Persaudaraan Kebangsaan

2 Agustus 2020   05:54 Diperbarui: 2 Agustus 2020   06:31 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perbedaan suku, ras, dan agama merupakan bagian dari realitas kehidupan yang tak terhindarkan.  Realitas kehidupan seperti itu adalah suatu kewajaran yang biasa, yang pantas, yang luhur, yang patut disyukuri. Perbedaan bukanlah hal yang aneh, yang baru, tetapi  warga bangsa Indonesia sudah terbiasa dengan perbedaan itu.

Dalam satu keluarga saja berbeda, apalagi dalam kehidupan yang lebih luas. Bangsa Indonesia ibaratkan sebuah pohon yang memiliki ranting-rantingnya berbeda suku, ras dan agama, tetapi tetap satu pohon kehidupan persaudaraan kebangsaan Indonesia.\Dengan demikian maka, beda "SARA" kita tetap bersaudara karena berasal dari pohon yang sama, komunitas kebangsaan Indonesia, keluarga besar bangsa Indonesia.

Dalam satu keluarga besar kebangsaan Indonesia yang memiliki kemajemukan seperti itu, membutuhkan anggota keluarga kebangsaan Indonesia yang berkualitas, yang bermutu, yang memiliki kelapangan dada, kearifan hati, keteguhan jiwa,  yang memiliki kedisiplin, yang memiliki niat dan kemauan, yang berkomitmen dan konsisten untuk  menyatukan perbedaan menjadi kekuatan yang luarbiasa untuk menegakan, mengokohkan pohon persaudaraan ranting-ranting kehidupan berbangsa yaitu bangsa Indonesia sebagimana dilakukan oleh pendiri bangsa Indonesia.

Kemajemukan itu  itu yang nampak dalam perbedaan strata sosial, ras dan perbedaan kepentingan di sektor ekonomi, politik, budaya dan lain-lainnya. Warga bangsa yang memiliki kebajikan kebaikan hati, kebajikan kebijaksanaan dalam persaudaraan kebangsaan tidak akan berbicara tentang perbedaan karena realitasnya sudah berbeda.

Oleh sebab itu, diperlukan sikap rendah hati mengadaptasikan diri dalam berbagai macam perbedaan perbedaan itu. Warga bangsa terbiasa dan muda beradatasi dalam berbagai situasi, tempat dan kesempatan. Dalam satu keluarga saja ada perbedaan, suku, ras dan agama, apalagi dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa dan negara. 

Kerendahan hati untuk berpikir dan bertindak adaptif dan kreatif di tengah perbedaan sesuai dengan spiritualitas moral kebangsaan kita yaitu pancasila. Jadi, kerendahan hati membantu ranring-ranting pohon kebangsaan untuk melihat segala realitas kehidupan sebagai kampus kehidupan dengan kaca mata positif untuk berani, berkomitmen dan konsistensi untuk belajar dan terus belajar untuk menyatukan berbagai potensi menjadi kekuatan kehidupan bersama sebagai saudara. Kerendahan hati menjadi jalan menuju mutu hidup, jalan menuju kesuksesan  pohon persaudaraan kebangsaan Indonesia yang kokoh, kuat tak tergoyahkan bagaikan batu karang kebangsaan.

Berkaca pada pendiri bangsa yang memiliki kompetensi personal yang luarbiasa dalam menata persaudaraan kebangsaan. Melihat realitas bangsa Indonesia yang beranekaragam perbedaan itu, para pendiri bangsa berpikir kreatif dan adaptif dengan cara mengelolah perbedaan dan memutuskan platform bersama yaitu  Pancasila. Bangsa Indonesia membutuhkan inovator-inovator dari ranting-ranting pohon persaudaraan kebangsaan untuk menginternalisasikan nilai-nilai pancasila dalam realitas kehidupan sehari-hari.

Memanisfesikan nilai-nilai Pancasila dalam praktek hidup sehari-hari, dalam sikap dan tingkah laku, dalam tutur kata,  dalam menempatkan diri secara adaptif dalam berbagai situasi dan kondisi dimanapun kita berada menjadi sangat penting. Hal tersebut dilaksanakan demi mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan pribadi, dal;am kehidupan keluarga, dalam kehidupan bermasyarakat, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelima nilai inti pancasila sejatinya diinternalisasikan dalam realitas kehidupan praktis setiap hari seperti nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial.

Tokoh terbaik bangsa KH. Abdurahman Wahid mengungkapkan "Sebuah bangsa yang mampu bertenggang rasa terhadap perbedaaan-perbedaaan budaya, agama, dan ideologi adalah bangsa yang besar". Pernyataan yang disamapaikan oleh salah satu tokoh terbaik bangsa Indonesia tersebut, bermaksud agar seluruh warga bangsa selalu hidup bedampingan dengan damai dalam masyarakat yang berbeda suku, bangsa, ras, golongan.

Kehidupan berbangsa yang disertai perberbedaan pada hakikatnya untuk saling mengisi, melengkapi, dan menata persaudaraan. Kehidupan bersama yang berkualitas akan meleburkan perbedaan secara bijaksana, penuh pengertian, saling menghargai perbedaan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Perbedaan merupakan kekayaan bangsa yang harus dirawat. Caranya dengan menyikapi setiap perbedaan secara arif dan bijaksana dalam praktek kehidupan bertetangga, bermasyarakat sehari-hari sehingga Beda SARA dalam komunitas rumah bangsa tetap saudara. Dengan demikian maka perbedaan akan melahirkan sikap adaptif dan kreatif dalam merajut persaudaraan kebangsaan yang sejati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun