Mohon tunggu...
NIKMATUS ZAHRO
NIKMATUS ZAHRO Mohon Tunggu... Teacher and Writer

Little bit of my uncountable sparks

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sejarah Munculnya Filsafat Ilmu dan Perkembangannya

24 September 2024   09:41 Diperbarui: 17 Oktober 2024   13:09 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Filsafat Ilmu, Sumber: Viva

      Zaman Yunani kuno berlangsung sekitar mulai abad ke-6 SM hingga awal abad pertengahan atau antara kurang lebih 600 tahun SM sampai tahun 200 SM. Zaman ini dianggap sebagai cikal bakal filsafat yang ada saat ini. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philos yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Pengertian filsafat menurut pendapat umum adalah pengetahuan tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berpikir rasional-logis, mendalam dan bebas (tidak terikat dengan tradisi dan dogma agama) untuk memperoleh kebenaran.  

     Periode filsafat Yunani adalah periode penting bagi sejarah peradaban manusia karena pada saat itu mitos-mitos yang berkembang dalam masyarakat digantikan dengan logos. Pada tahap ini bangsa Yunani mulai berpikir sedalam-dalamnya tentang berbagai fenomena alam yang begitu beragam, meninggalkan mitos-mitos untuk kemudian terus melakukan penelitian berdasarkan reasoning power (M. Zainuddin, 2011:17).  Perubahan pola berpikir ini memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah ilmu berkembang dari rahim filsafat.

     Filsafat ilmu merupakan pengembangan atau komplemen dari filsafat pengetahuan yang dikenal dengan Theory of Knowledge atau Erkennist Lehre (Jerman), ken leer (Kennis theorie) Belanda. Karena merupakan cabang dari ilmu filsafat, maka objek material  dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri atau secara populer disebut dengan ilmu tentang ilmu.

      Sejarah perkembangan filsafat ilmu tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan filsafat itu sendiri, khususnya filsafat barat. Sejarah filsafat barat dibagi kedalam empat periodesasi, yaitu zaman Yunani kuno, zaman abad pertengahan, zaman abad modern, dan zaman abad kontemporer.

1. Zaman Yunani Kuno     

Zaman Yunani kuno disebut juga dengan zaman filosofi alam, sebab pada saat itu tujuan  dari filosofi adalah memikirkan alam besar. Fuad Hasan menyebut bahwa ciri pemikiran pada zaman Yunani Kuno adalah kosmosentris, yaitu para filsuf mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagat raya. Tokoh filsuf terkenal pada zaman ini adalah Thales, Herakleitos, Pythagoras,  Demokritos. Thales berpendapat bahwa asal mula dari segala sesuatu adalah air. Dalam perjalanan sejarah zaman Yunani Kuno, tiga tokoh filsuf besar yang namanya hingga kini diperbincangkan adalah Socrates, Plato, dan Aristoteles.  Socrates menyampaikan metode filsafat dialektika. Metode berpikir Socrates merupakan cara berpikir induksi.

2. Zaman Abad Pertengahan

Zaman abad pertengahan berlangsung dari abad ke-6 sampai 15 M. Zaman ini disebut juga dengan zaman baru Eropa Barat. Ciri pemikiran pada zaman ini adalah bersifat teosentris. Pada zaman abad pertengahan ilmu dikembangkan dan diarahkan atas dasar kepentingan agama (Kristen) dan baru memperoleh kemandiriannya sejak adanya gerakan Renaissance dan Aufklarung abad ke-15 dan 18. Tokoh filsuf terkenal pada zaman ini adalah Agustinus dan Thomas Aquinas.  Agustinus merupakan filsuf yang pemikirannya sangat dipengaruhi oleh pemikiran Plato. Sedangkan Thomas Aquinas terpengaruh oleh pemikiran Aristoteles. Ciri khas dari filsafat abad pertengahan dikenal dengan  Ancilla Theologiae, yang mana ini merupakan hasil pemikiran Thomas Aquinas. Thomas Aquinas tidak semata-mata mengulang kembali ajaran Aristoteles, melainkan membuang hal-hal yang tidak pas dengan ajaran Kristiani, dan menambahkan hal-hal baru yang selanjutnya melahirkan aliran bercorak Thomisme. Pada abad pertengahan, ilmuwan Islam memiliki andil yang besar bagi perkembangan filsafat dunia.

3. Zaman Abad Modern

Ciri pemikiran filsafat pada zaman ini adalah bersifat Antroposentris. Para filsuf menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat. Era Renaisans (Renaissance) merupakan era yang menjadi tanda peralihan zaman abad pertengahan menuju zaman abad modern.  Aliran filsafat yang lahir pada zaman ini adalah rasionalisme, empirisme, kritisisme, idealisme, positivisme, serta marxisme.

  • Rasionalisme

    Rasionalisme secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu rationalism yang berakar dari bahasa Latin, ratio artinya "akal". Rasionalisme merupakan aliran filsafat ilmu yang berpandangan bahwa otoritas rasio (akal) adalah sumber dari segala pengetahuan. Dengan demikian, kriteria kebenaran berbasis pada intelektualitas. Salah satu tokoh rasionalisme modern adalah Rene Descartes (1596-1650).

  • Empirisme

    Aliran empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Aliran empirisme berkembang pesat pada masa renaisance yaiu sekitar abad ke-17 dan 18 di negara Inggris dan sekiatrnya. Aliran empirisme pertama kali dikembangkan oleh Francis Bacon yang memberi tekanan pada pengalaman sebagai sumber pengenalan. Setelah Francis Bacon, selanjutnya muncul filsuf-filsuf aliran empirisme yang lain, yaitu John Locke, George Barkeley, Thomas Hobes dan David Hume (Sativa, 2011).

  • Kritisisme

    Kritisisme merupakan bagian dari filsafat modern. Aliran kritisisme adalah aliran yang menjembatani perbedaan antara aliran rasionalisme dan empirisme. Tokoh dari aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804). Kant berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil akhir yang diperoleh dengan adanya kerjasama antara dua komponen, yaitu pengalaman indrawi dan dan kesan yang sedemikian rupa sehingga terdapat hubungan sebab akibat. Menurut Kant, aliran rasionalisme dan empirisme sama-sama terdapat kelemahan, sehingga ia mengemukakan bahwa pengetahuan seharusnya ialah sintesis a priori, yang mana antara akal Budi dan pengalaman indrawi dibutuhkan secara bersamaan.

  • Idealisme

     Aliran idealisme merupakan aliran filsafat yang memiliki cara pandang  bahwa hakekat segala sesuatu terjadi pada ide manusia. Para filsuf aliran idealisme pemikirannya bersumber dari aliran kritisisme Immanuel Kant. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), idealisme adalah aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan dipahami. Diantara tokoh filsuf yang terkenal dalam aliran ini adalah David Hume, Hegel, Al Ghazali.

  • Positivisme

    Aliran filsafat positivisme berpangkal dari apa yang telah diketahui, faktual, positif, serta menolak metafisika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), positivisme berarti aliran filsafat yang beranggapan bahwa pengetahuan itu semata-mata berdasarkan pengalaman dan ilmu yang pasti. Peletak dasar dan juga tokoh terpenting dari aliran positivisme adalah Auguste Comte (1798-1857).  Comte mengatakan bahwa ilmu pengetahuan tidak bisa melampaui fakta sehingga positivisme benar-benar menolak metafisika dan menerima adanya "das Ding an Sich" atau objek yang tidak dapat diselidiki oleh pengetahuan ilmiah.

  • Marxisme

     Marxisme adalah kata lain untuk sebuah filsafat yang bernama dialektika materialisme. Dialektika dan materialisme adalah dua filsafat yang dikembangkan oleh filsuf-filsuf Barat dan juga Timur, yang kemudian disatukan, disintesakan  oleh Karl Marx menjadi dialektika materialisme. Untuk memahami pokok-pokok Marxisme, maka kita dapat memecahkannya menjadi tiga bagian, seperti yang dipaparkan oleh Lenin, yaitu materialisme dialektis, materialisme historis, dan ekonomi Marxis.

4. Zaman Abad Kontemporer

Zaman abad kontemporer lazim disebut dengan logosentris, artinya teks menjadi tema sentral diskursus para filosof. Pada zaman ini muncul berbagai aliran filsafat yang merupakan kelanjutan filsafat abad modern, misalnya neo-thomisme, neo-kantianisme, neo-hegalianisme, neo-marxisme, neo-positivisme, dan sebagainya. Namun ada juga aliran baru yang memiliki ciri dan corak yang berbeda sama sekali, misalnya fenomenologi, eksistensialisme, pragmatisme, strukturalisme, dan postmodernism.

  • Fenomenologi

Edmund Husseri adalah pendiri aliran fenomenologi sebagai ilmu yang mempelajari apa yang tidak tampak atau apa yang menampakkan diri atau fenomen. Aliran fenomenologi memiliki kedekatan dengan aliran filsafat eksistensialisme. Selain Edmund Husseri, terdapat beberapa tokoh filosof dalam aliran ini, yaitu Max Scheller, Hartman, Martin Heidegger.

  • Eksistensialisme

Aliran filsafat eksistensialisme berpendapat bahwa manusialah yang mendefinisikan maknanya sendiri dalam hidup, dan mencoba membuat keputusan yang rasional meskipun berada di alam semesta yang tidak rasional. Salah satu tokoh dari aliran ini yang terkenal adalah Jean Paul Sartre. Sartre merupakan fi1osof ateis dan hal itu dnyatakannya sendiri secara terang-terangan. Oleh karena itu, konsepnya mengenai manusia ialah manusia bukan ciptaan Tuhan. Dari pemikiran ini ia menemukan bahwa eksistensi manusia mendahului esensinya.

  • Pragmatisme

 Aliran filsafat pragmatisme adalah aliran filsafat yang berpengaruh cukup besar di dunia praktis. Aliran filsafat ini merupakan suatu sikap, metode, dan filsafat yang memakai akibat-akibat praksis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai kebenaran. Salah satu tokoh dari aliran ini adalah William James.

  • Strukturalisme

Sturkturalisme adalah aliran filsafat yang berkembang di Perancis pada pertengahan abada ke-20. Aliran filsafat strukturalisme merupakan aliran yang muncul sebagai reaksi terhadap aliran eksistensialisme, yang mana dalam aliran eksistensialisme menekankan pada peranan individu, sebaliknya strukturalisme melihat bahwa manusia atau individu terkungkung dalam berbagai struktur kehidupannya.

  • Postmodernisme

 Jean-Francois Lyotard adalah orang yang memperkenalkan postmodernisme dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan di tahun 1970-an dalam bukunya yang berjudul "The Postmodern Condition: A Report on Knowledge". Dia mengartikan postmodernisme sebagai segala kritik atas pengetahuan universal, atas tradisi metafisik, fondasionalisme maupun atas modernisme. Postmodernisme merupakan aliran filsafat yang muncul sebagai reaksi atas kegagalan modernisme. Postmodernisme merupakan suatu ide baru yang menolak atau pun yang termasuk dari pengembangan suatu ide yang telah ada tentang teori pemikiran masa sebelumnya yaitu paham modernisme yang mencoba untuk memberikan kritikan-kritikan terhadap modernisme yang dianggap telah gagal dan bertanggung jawab terhadap kehancuran martabat manusia; ia merupakan pergeseran ilmu pengetahuan dari ide-ide modern menuju pada suatu ide yang baru yang dibawa oleh postmodernisme itu sendiri.


Sumber Referensi

 

Zainuddin, M. 2011. Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam. Yogyakarta: Naila Pustaka)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun