Mohon tunggu...
nikmah tsaniyah
nikmah tsaniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lakukan apa yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarlah Allah yang mengurusnya(imam malik)

berguna sesama

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Manifestasi Keseimbangan IQ, EQ, dan SQ

23 Maret 2021   10:44 Diperbarui: 23 Maret 2021   11:29 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam rentang waktu dan sejarah yang panjang, kemampuan berfikir dan daya nalar (IQ) sangat diagungkan. Kecerdasan intelektual dianggap sebagai primadona. Potensi diri yang lain dimarginalkan. Pola pikir dan cara pandang yang demikian telah melahirkan manusia terdidik dengan otak yang cerdas tetapi sikap, perilaku dan pola hidup sangat kontras dengan kemampuan intelektualnya. Banyak orang yang cerdas secara akademik tetapi gagal dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya. 

Mereka memiliki kepribadian yang terbelah (split personality). Di mana tidak terjadi integrasi antara otak dan hati. Kondisi tersebut pada gilirannya menimbulkan krisis multi dimensi yang sangat memprihatinkan.  Akhir-akhir ini kita di suguhkan banyak sekali fenomena-fenomena yang   tidak layak untuk di konsumsi untuk  publik, mulai dari digemparkan  dengan postingan video amatir penganiayaan seorang orangtua terhadap anaknya karena dipicu persoalan sepele.

Kekerasan atau penganiayaan seperti ini tidaklah jarang terjadi. Ada beberapa data yang menunjukkan fakta mencengangkan terkait kekerasan anak atau siswa yang dialami di rumah amaupuan sekolah. Ini adalah contoh kecil ketika seorang guru atau orang tua  sebagai pendidik hanya menekankan pentingnya kemampuan intelektual tanpa diimbangi dengan penguasaan emosi yang baik. Beginilah potret pendidikan kita saat ini dimana guru sebagai seorang pendidik, tidak saja dituntut untuk memiliki kecerdasan intelektual (IQ) lalu mentrasnfer ilmunya, tapi lebih dari itu, ia dituntut untuk mampu mengolah emosi, dan menguasai sifat-sifat teladan lainnya, agar terjadi proses pendidikan yang harmonis dengan out put yang berhasil.

Fenomena tersebut telah menyadarkan para pakar bahwa kesuksesan seseorang terutama pendidik, tidak hanya ditentukan oleh kemampuan otak dan daya pikir semata, tapi juga ditentukan oleh kemampuan mengelola emosi dalam membina hubungan sosial, atau disebut dengan kecerdasan emosional (EQ). Dalam perjalanannya Kecerdasan Emosional (EQ) pun bukanlah penentu keberhasilan proses pendidikan. 

Proses pendidikan terasa hampa dan kering tanpa makna jika bertujuan pada hal-hal yang bersifat bendawi. Maka, seorang pendidik juga harus memiliki kemampuan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, yakni kemampuan spiritual atau lebih populer dikenal sebagai Kecerdasan Spiritual (SQ). 

Kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) ataupun kecerdasan spiritual sifatnya potensial, dalam arti setiap manusia yang lahir ke dunia dibekali dengan potensi kecerdasan ini. Hal ini juga disebutkan dalam Al-Qur'an yang tersebar pada berbagai surat dalam redaksi kalimat yang beragam, sebagai pedoman umat manusia terutama bagi seorang pendidik agar mampu menciptakan proses pendidikan yang bermakna dan seimbang antara kepentingan duniawi dan ukhrowi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun