Mohon tunggu...
Nikmatus Saadah
Nikmatus Saadah Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Belajar di masa kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedang belajar di masa dewasa bagaikan mengukir di atas air

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Carut Marut Pendidik di Indonesia, Salah Siapa?

18 Oktober 2018   03:54 Diperbarui: 18 Oktober 2018   09:58 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keluhan yang sama masih saja di dengar di sana sini terutama di kalangan wali murid siswa sekolah dasar yang mayoritas berada di daerah kabupaten. Yaitu masalah tentang kompetensi guru dalam mengajar.

Masih banyak guru di Indonesia yang mengajar namun tidak sesuai dengan bidang studi berdasarkan kompetensinya, akibatkan mereka sulit untuk mengaplikasikan pembelajaran tersebut dan membuat siswa sulit menerima materi yang disampaikan.

Hal ini masih terjadi di beberapa sekolah. Sekolah-sekolah tersebut memiliki guru yang mencukupi kebutuhan namun tidak selaras dengan kemampuan mereka. Misalnya lulusan pendidikan IPS namun mengajar matematika, lulusan matematika namun mengajar PAUD. Mereka mampu mengajar tapi ilmu yang mereka dapat masih minim dibanding dengan ahlinya (lulusan pendidikan sesuai dengan mata pelajarannya). Disamping itu, selain kemampuan yang terbatas bisa jadi mereka tidak nyaman dengan posisi mengajar yang sedang mereka jalani, sehingga terdapat kejanggalan dalam proses pembelajaran, entah dari pemahaman siswanya ataupun dari segi ilmu yang dikemaskan untuk siswa-siswinya. 

Akankah hal ini pernah terdengar di telinga kalian semua?

Tentu kalian juga tidak asing dengan masalah ini

Lantas apa penyebab masalah ini sehingga masih saja berkelanjutan?

Diketahui hal ini dikarenakan dua sebab, yang pertama karena sebab penerimaan pegawai negeri, seperti yang kita ketahui saat ini dalam pendaftaran PNS, pemerintah memerintah setiap daerah untuk mendata kekurangan tenaga pendidik sesuai mata pelajaran yang dibutuhkan, namun nyatanya pemerintah menurunkan guru yang banyak di lain bidang studi, misalnya kota Malang membutuhkan 10 pendidik matematika dan 2 pendidik bahasa Indonesia, namun dalam kenyataannya pemerintah menurunkan 10 pendidik bahasa Indonesia dan 5 pendidik matematika. Wal hasil mau tidak mau seorang guru harus mengajar bidang lain yang tidak menguasai materi pelajaran yang diajarkan.

Sebab yang kedua dikarenakan kompetensi guru itu sendiri yang memang tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Artinya sejak awal guru tersebut memang tidak memiliki keahlian sesuai dengan bidang yang mereka ajarkan atau mereka mampu namun tidak nyaman dengan posisi mereka mengajar. Terkadang hal seperti ini berawal ketika mereka menjadi mahasiswa, mereka merasa salah jurusan, artinya mereka tidak nyaman dengan apa yang sedang mereka pelajari, dan berakibat fatal dikemudian hari. Entah itu karena tidak sesuai kemampuan mereka, atau dorongan yang bertentangan dengan keinginan mereka. Pada akhirnya ketika mereka sudah menjadi guru, kemampuan guru yang utuh menjadi berkurang dan dapat berakibat buruk pada pembelajaran siswa siswinya. Hal ini menjadikan carut marut pendidik di Indonesia masih saja terjadi di beberapa tempat sehingga proses pembelajar kurang berjalan secara maksimal. 

Jika ditelusuri, sebab kedua ini berawal dari mereka yang bingung dalam memilih jurusan atau terpaksa dengan jurusan yang mereka pilih. Mungkinkah ini sempitnya keterbukaan mereka dengan guru BK nya semasa di sekolah? atau kesalahan guru BK dalam menilai kompetensi siswa-siswinya?

Melihat masalah ini, hendaknya perlu adanya penyesuaian antara kebutuhan tenaga pendidik dan bidang yang dibutuhkan, disamping hal tersebut, BK juga berperan penting dalam  masalah ini, assessment yang dilakukan guru BK harus benar-benar sesuai dengan kondisi siswa mulai dari kemampuan, minat, dan bakat mereka, sehingga masalah semacam ini dapat teratasi sedikit demi sedikit. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun