Mohon tunggu...
Niken Satyawati
Niken Satyawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Ibu biasa

Ibu 4 anak, tinggal di Solo. Memimpikan SEMUA anak Indonesia mendapat pendidikan layak: bisa sekolah dan kuliah dengan murah. Berharap semua warga Indonesia mendapat penghidupan layak: jaminan sosial dan kesehatan. TANPA KECUALI. Karena begitulah amanat Undang Undang Dasar 1945.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Keseharian I Made "Lolik" Sudiadnyana; Antar Istri Belanja dan Momong Anak

12 Desember 2011   18:14 Diperbarui: 4 April 2017   16:28 4268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_155690" align="aligncenter" width="640" caption="Lolik dan anaknya, Maxwell. "][/caption]

Kalau melihat kesehariannya, barangkali tak ada yang menyangka sosok satu ini adalah atlet nasional dan juga pebasket terbaik yang dimiliki Indonesia. Dialah I Made "Lolik" Sudiadnyana. Orangnya tidak sok walau punya potensi untuk bisa seperti itu. Dia juga tidak jaim, tetap berbaur dengan lingkungan sekitar tempatnya tinggal. Saya tahu betul karena saya adalah salah satu tetangganya. Hihihihiihhiiii... Ya memang Lolik dan keluarganya tinggal di kompleks perumahan dekat dari rumah saya di Gentan, Baki, Sukoharjo tak jauh dari pusat Kota Solo. Selepas memperkuat tim nasional Sea Games yang baru usai (dengan hasil akhir kalah dari tim Thailand), Lolik kini menghadapi seri pertandingan  National Basketball League (NBL) musim baru. Sebagai informasi, pada musim lalu dia melejit sebagai Most Valuable Player (MVP) a.k.a pemain terbaik, penghargaan tertinggi di gelaran NBL. Dalam konteks Lolik, pertimbangan terpilihnya adalah berdasarkan statistik di samping voting para pelatih.Dan untuk itu pemain yang bernaung di bawah bendera Klub Garuda Flexi ini berhasil membawa pulang hadiah khusus berupa sebuah mobil jenis city car, yaitu All New Chevrolet Spark. Saya sendiri juga tahu kalau pemain yang terus bersinar sejak memperkuat Klub Bhinneka Solo ini berhasil membawa pulang mobil kinclong warna ijo terang, cuma dari koran. Sebab sehari-harinya Lolik lebih sering mengendarai motor kemana-mana. Atau sesekali menyetir Karimun lawasnya yang warna gold. Capaian di NBL itu cukup fantastis mengingat  usianya. Dengan umur yang sudah kepala 4,  Lolik yang kelahiran Singaraja, Bali tahun 1970 ini adalah pemain paling senior di NBL. Saya aja mengenalnya udah sejak tahun 1997. Waktu itu dia udah mulai melejit sebagai  bintang lapangan dan menjadi idola para ABG penggemar olahraga basket. Walau udah gaek, jangan tanya staminanya. Kalau staminanya buruk, tentu dia tidak akan jadi andalan di klubnya, dia juga tak akan menggondol gelar MVP, ya toh? Apa sih rahasianya? Saya sih tidak pernah bertanya secara langsung padanya. Namun sebagai tetangga saya tahu betul. Bila kebetulan tidak ada seri pertandingan di luar kota, di pagi hari dia selalu melakukan latihan fisik dengan cara berlari dan bersepeda dari desa ke desa. Kebetulan tempat kami tinggal masih dekat dengan areal persawahan yang udaranya segar. Jadi yang warga Solo dan suka jalan-jalan ke daerah Gentan-Mayang-Gawok-Solobaru, sangat mungkin bertemu dengannya dalam keadaan banjir keringat dan dalam kondisi berlari atau menggenjot sepeda di jalan. Dulu, waktu rambutnya masih gondrong biasanya jadi lucu, njedhindhil seperti orang habis keramas. Tapi sejak beberapa waktu terakhir Lolik pilih memotong hampir habis rambutnya. Sesekali dia terlihat di sekitar pasar tradisional memboncengkan istrinya, Ratna Wijaya dengan menumpang  motor dan berbelanja sesuatu. Walau punya mobil tak cuma satu buah, Lolik lebih sering saya lihat mengendarai motor bebek hitamnya. Sementara saat sore hari, Lolik sering menghabiskan waktu momong anak semata wayangnya, Maxwell. [caption id="attachment_155656" align="alignleft" width="531" caption="Lolik mengawasi anaknya yang bermain bersama teman-temannya."][/caption] Dia kelihatan sangat menikmati mengejar-ngejar anaknya yang akhir tahun ini berusia 1,5 tahun. Anak itu berlarian ke sana kemari masuk gang-gang kecil, dan Lolik dengan sabar mengikuti untuk memastikan tidak terjadi sesuatu yang tak diinginkan. "Anaknya gak bisa diem nih..," ujar dia saat kami bertemu suatu ketika di arena  umum kompleks, yang menjadi pusat anak-anak kampung kami bermain tiap sore. Segarang apapun dia di lapangan, ternyata tetap kewalahan mengikuti polah tingkah anaknya yang baru senang-senangnya berlarian kesana kemari. Bagi saya ini sesuatu yang menarik tentang seorang Lolik. One day, di sebuah kesempatan saya minta izin padanya untuk mengabadikan momentum itu dengan kamera saku, sekalian memberitahu saya akan menulis tentang dia di blog (Kompasiana). Padahal sebenarnya malu juga. Xixixixiixxxxx... Dia juga tak sungkan menanyakan kabar para tetangga. "Keluarga Bapak Darwin yang punya rumah itu kemana ya? Kok rumahnya kosong?"  tanya Lolik tentang salah satu tetangga kami yang sudah pindah ke lain kota saat terakhir kami bertemu, Senin (12/12) sore. Kebetulan rumah Keluarga Darwin tepat di belakang rumah yang pernah ditinggali Lolik. Namun dia sekarang menempati rumah lain tak jauh dari situ. Oiya ngomongin soal rumah, selain menjadi pemain basket profesional, Lolik dan istrinya memang mempunyai side job jual-beli rumah. Ada 3 rumah di kompleks saya yang sudah pernah dibelinya, dan sudah dijual kembali dalam waktu singkat dengan harga lebih tinggi. Kabarnya dia melakukan hal yang sama (bisnis ini) di kompleks-kompleks lain. Barangkali bisnis ini dijalani karena  Lolik sadar tak selamanya profesi sebagai pemain basket bisa menjadi gantungan hidup. Ada saatnya dia akan berhenti dielu-elukan penggemarnya yang setia menonton setiap pertandingan di lapangan basket. Dan bisnis jual-beli properti menjadi pilihannya untuk menghadapi haru tua atau sekadar menambah pundi-pundi rupiah/dolar.

[caption id="attachment_155658" align="aligncenter" width="442" caption="Cakepnya si Maxwell..."][/caption] Demikian sekelumit kisah yang saya bagikan kali ini, tentang seorang pemain basket nasional yang namanya "besar", namun penampilan kesehariannya tetap sederhana. Di lapangan dia boleh dielukan para penggemar dan pendukungnya, namun di rumah dia tetap seorang suami dan bapak-bapak yang biasa...

Sekian dan terima kasih.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun