Mohon tunggu...
niken nawang sari
niken nawang sari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga. Kadang nulis juga di www.nickenblackcat.com

Ibu Rumah Tangga yang suka jalan-jalan ke bangunan kolonial, suka menulis hal berbau sejarah, dan suka di demo 2 ekor kucing. Blog pribadi www.nickenblackcat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku Pancasila yang (Mungkin) Hanya Dihapalkan

1 Juni 2016   08:44 Diperbarui: 2 Juni 2016   15:51 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku adalah ideologi dasar bagi negara ini. Aku lahir pada 1 Juni 1945 dalam pidato yang disampaikan oleh pendiri negara ini. Tetapi aku sebenarnya sudah dirumuskan sejak lama. Aku memiliki lima sila yang digunakan untuk menjadi pedoman. Lambang-lambangku gagah dipasang di dada sang Garuda yang memiliki filosofi sangat tinggi bagi negara ini.

Sila pertama berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa. Seluruh warga negara ini percaya akan adanya Tuhan. Tapi aku sedih ketika melihat para umat beragama berkonflik karena agama masing-masing, menjadi rasis dan ketika ada pemimpin yang berbeda agama sebagian orang mencela. Disini tidak ada yang disebut kafir, cina, jawa, hindu atau apapun mengenai suku ras dan agama tapi lebih kepada bagaimana mereka melayani masyarakat dan hidup rukun dengan mereka.

Sila kedua berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Adil yang berarti bahwa suatu keputusan dan tindakan sesuai dengan norma-norma yang obyektif. Beradab artinya bangsa ini memiliki sikap hidup yang dilandasi oleh nilai budaya terutama norma sosial dan moral. Aku sangat sedih ketika sikap hidup atapun tindakan main hakim sendiri masih sering terjadi di negara ini. Aku sedih melihat seekor anjing bernama Armstong dianiaya warga karena disebut-sebut sebagai pengikut babi ngepet. Aku sedih dengan tindakan seperti itu karena itu sama sekali tidak adil dan tidak beradab. Aku berharap tidak ada lagi kejadian seperti itu yang oleh sebagian orang dianggap “alay” tapi menurutku itu cerminan dari suatu bangsa. Untuk apa aku dibuat oleh pendiri bangsa ini jika tidak bisa dijadikan pedoman oleh penduduknya dalam hal-hal kecil seperti kasus seekor anjing bernama Armstrong

Lanjut ke sila ketigaku yang berbunyi Persatuan Indonesia. Ya para pendiriku menginginkan Indonesia bersatu dengan seluruh keberagaman yang ada. Aku sedih ketika gerakan gerakan separatis muncul di berbagai daerah tapi bersyukur saat ini sudah bisa diredam. Karena kau tau betapa sia-sianya perjuangan para pahlawan jika negara ini sampai terpecah belah.

Kemudian sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Rakyat ingin dipimpin oleh pemimpin yang benar-benar melayani rakyatnya. Rakyat ingin diwakili oleh wakil-wakil yang memperjuangkan kepentingan mereka bukan kepentingan partai politik pengusung para wakil rakyat untuk duduk manis di Senayan. Pendiri bangsa ini pernah berkata bahwa berperang melawan bangsa sendiri jauh lebih sulit daripada melawan penjajah. Dan saat ini hal itu benar-benar terjadi. Bangsa ini pernah digerogoti oleh tikus-tikus yang memakai dasi dan seragam. Apakah mereka lupa padaku? Lupa akan sila keempatku? Atau hanya melafalkan tapi tidak disinkronkan dengan tindakan ketika menjadi wakil rakyat?  Ah sudahlah aku sendiri pusing memikirkan hal ini. Kadang aku berpikir apakah sila keempatku ini susah sekali dicerna. Tapi kembali lagi, para perumusku sudah melakukan yang terbaik sehingga muncul sila keempat ini

Terakhir sila ke lima : keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Berkaitan dengan sila keempat tadi apakah sila ini juga sulit sekali dipahami. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia kupikir tidak mustahil ketika semua pihak bersatu untuk melawan ketidakadilan segelintir orang yang berpengaruh di berbagai bidang kehidupan di negara ini.

Aku Pancasila yang sering dikumandangkan dalam upacara-upacara dan kini aku menunggu hasil penerapan pancasila di setiap jiwa-jiwa penduduk bangsa ini. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya dan akupun berharap di hari kelahiranku semakin banyak yang menerapkan sila-silaku dalam kehidupan mereka jadi apa yang sudah dikorbankan oleh para pendiri bangsa ini tidak sia-sia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun