Generasi Z dikenal sebagai generasi yang mendenifiskan banyak konsep relasi, salah satunya adalah "Support System". Di tengah tekanan akademik yang tinggi dan lingkungan sosial yang serba digital, Gen Z sering mencari sumber pengembali mood. Menariknya, banyak ditemukan pada lawan jenis tanpa adanya status atau hubungan yang mengikat antara pria dan wanita. Bukan sekedar teman biasa, hubungan ini lebih berfungsi sebagai "teman tapi mesra" sebuah dukungan emosional yang intens, tanpa adanya hubungan yang mengikat.
Fungsi utama dari support system lawan jenis tanpa adanya hubungan ini terletak sebagai regulator mood yang efektif. Bagi Gen Z, kestabilan emosi adalah bagian dari produktivitas. Hubungan tanpa status seringkali dianggap sebagai "Zona Netral" yang bebas dari drama, ekspetasi, atau kecemburuan yang seringkali terjadi pada hubungan yang mengikat. Gen Z dapat bercerita tentang kesehariannya atau hal yang di alami dalam hidupnya tanpa takut dihakimi atau terbebani untuk mempertahankan hubungan. Kebebasan ini membuat proses curhat terasa lebih ringan dan terbuka.
Dukungan emosional dari lawan jenis sering menawarkan perspektif yang berbeda dalam pemecahan masalah. Ketika seorang Gen Z overthinking tentang suatu masalah, perspektif logis dan to the point dari teman lawan jenisnya dapat membantu menariknya kembali ke realita, begitupun sebaliknya. Perbedaan cara pandang ini adalah cara cepat untuk menetralkan emosi berlebihan dan mengembalikan mood ke kondisi seimbang.
Dampak dari mood yang stabil ini secara langsung berujung pada kualitas pembelajaran. Kesehatan mental yang terjaga adalah pondasi bagi fungsi kognitif yang optimal. Ketika energi emosional tidak terkuras untuk mengkhawatirkan status hubungan atau drama asmara, Gen Z dapat mengalihkan fokus sepenuhnya ke materi kuliah atau pekerjaan. Sesi diskusi ringan setelah curhat, atau bahkan sekedar belajar bersama, menjadi  pemicu motivasi yang tidak terasa seperti tuntutan, melainkan dorongan tulus dari seorang teman.
Terjadi juga fenomena burnout atau stress yang berlebihan seringkali dialami oleh Gen Z. Support system lawan jenis ini memiliki peran besar sebagai re-charge mental. Dengan mood yang lebih baik, semangat untuk belajar atau melanjutkan pekerjaan akan meningkat drastis, mengurangi kecenderungan menunda-nunda yang disebabkan oleh stress berlebihan.
Meskipun fenomena ini menawarkan keuntungan besar, tentunya tidak lepas dari risiko, terutama potensi ketergantungan emosional dan kebingungan tentang status yang tidak jelas. Kenyamanan yang intens bisa menjadi boomerang untuk salah satunya, membuat salah satu pihak sulit membedakan antara dukungan murni dan perasaan yang mulai tumbuh karena banyak fenomena intens yang dilakukan berdua layaknya mempunyai hubungan mengikat.
Gen Z tetap harus waspada, support system yang ideal adalah membantu individu menjadi manduri secara emosional, bukan menciptakan ketergantungan kepada orang lain. Kunci keberlanjutan hubungan tanpa status ini terletak pada komunikasi yang sangat transparan dan batasan yang kuat agar fenomena ini tidak berakhir menjadi sumber sakit hati atau patah hati di kemudian hari.
Intinya, dalam ekosistem mental Gen Z, dukungan non-romantis dari lawan jenis menjadi hal yang mendasar. Mereka adalah peredam stress yang efektif, yang terbukti mampu menjaga mood tetap positif dan pada akhirnya mendorong performa produktivitas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI