Belakangan ini, media sosial dipenuhi dengan tren AI image generation, yaitu teknologi yang bisa mengubah foto biasa menjadi karya seni yang menakjubkan. Banyak orang memanfaatkannya untuk membuat versi diri mereka dalam gaya anime, lukisan klasik, atau bahkan foto masa depan mereka. Tapi di balik semua itu, muncul satu pertanyaan besar, apakah teknologi ini benar-benar aman bagi privasi kita? Semakin canggih kemampuan AI dalam meniru dan memodifikasi wajah, semakin kabur pula batas antara kreativitas dan pelanggaran privasi.
AIÂ image generator pada dasarnya dirancang untuk membantu manusia berkreasi tanpa batas. Banyak seniman yang memanfaatkan teknologi ini untuk mempercepat proses pembuatan ide, membuat konsep visual, atau sekadar bereksperimen dengan gaya baru. Di sisi lain, masyarakat umum juga mulai melihat AI sebagai sarana ekspresi diri yang menyenangkan. Namun, perkembangan ini memunculkan sisi lain yang lebih rumit. Misalnya, trend di Instagram atau TikTok di mana wajah artis atau influencer digabungkan dengan foto orang lain menggunakan AI, seringkali tanpa izin. Hasilnya bisa terlihat realistis dan terkadang, malah digunakan untuk hal-hal yang tidak pantas.
Masalah utama bukan hanya soal etika, tapi juga privasi. Ketika wajah seseorang bisa di generasi ulang oleh AI tanpa sepengetahuan mereka, identitas digital menjadi sangat rentan. Dalam beberapa kasus, gambar-gambar AI yang viral bahkan menyeret nama orang terkenal dalam konteks yang merugikan. Meskipun niat awalnya mungkin hanya untuk hiburan, penyalahgunaan seperti ini dapat merusak reputasi dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi korban. Di sisi lain, sulit juga menyalahkan sepenuhnya teknologi karena AI hanyalah alat yang menentukan arah penggunaannya adalah manusia itu sendiri.
AI memang membawa dunia pada era baru kreativitas tanpa batas. Namun, semakin besar kekuatan teknologi, semakin besar pula tanggung jawab yang menyertainya. Masyarakat perlu mulai membangun kesadaran tentang pentingnya etika dan privasi dalam menggunakan AI, terutama ketika berkaitan dengan identitas orang lain. Kreativitas seharusnya menjadi ruang yang bebas, tapi tetap ada batas yang tidak boleh dilewati  batas yang melindungi privasi dan martabat setiap individu di dunia digital ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI