Mohon tunggu...
Murni Eunike Hutapea
Murni Eunike Hutapea Mohon Tunggu... Mahasiswa

Proactive and enthusiastic Communication Studies student with experience in strategic communication, public relations, and event management.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tsunami Bukan Lagi Soal Alam, Tapi Soal Siap atau Tidaknya Kita

30 Juni 2025   14:00 Diperbarui: 30 Juni 2025   14:04 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Steering Group Meeting ICG/IOTWMS

Dokumentasi Steering Group Meeting ICG/IOTWMS
Dokumentasi Steering Group Meeting ICG/IOTWMS
Jakarta - Dua puluh tahun telah berlalu sejak Tsunami Samudra Hindia 2004 mengguncang dunia dan meninggalkan luka mendalam, terutama bagi Indonesia. Namun, apakah kita sudah benar-benar belajar dari bencana tersebut? Salah satu upaya untuk mengingat dan meningkatkan sistem mitigasi dan peringatan dini tsunami ialah melalui kolaborasi internasional antar negara di Samudra Hindia yaitu seperti dalam pertemuan Steering Group ICG/IOTWMS yang digelar di Kantor UNESCO Jakarta pada 17--19 Juni 2025. Hal tersebut menunjukkan bahwa kolaborasi internasional bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak.

ICG/IOTWMS atau Intergovernmental Coordination Group for Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System merupakan forum penting negara-negara pesisir Samudra Hindia untuk memperkuat sistem peringatan dan mitigasi tsunami. Dalam pertemuan ini, para delegasi tidak hanya membahas pencapaian dan rencana aksi, tetapi juga menggarisbawahi urgensi membangun sistem yang cepat, tepat, dan inklusif, khususnya dalam mengedukasi dan melibatkan masyarakat.

Chair of ICG/IOTWMS, Eluri Pattabhi Rama Rao, menekankan bahwa Samudra Hindia adalah kawasan dengan tingkat kerawanan tsunami yang tinggi. Dua zona subduksi aktif membentang di wilayah ini, yang berarti bahwa ancaman bisa datang sewaktu-waktu di negara mana pun. Oleh karena itu, respons cepat dan terkoordinasi terhadap peringatan dini adalah kunci penyelamatan.

Pertanyaannya kini: apakah kita siap?

Dalam konteks komunikasi kebencanaan, kecepatan dan keakuratan informasi menjadi penentu keselamatan. Namun, sistem yang canggih tak akan ada artinya jika tidak diimbangi dengan kesiapan masyarakat. Karena itu, penting bagi seluruh negara pesisir untuk tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga memperkuat komunikasi publik dan membangun pemahaman masyarakat tentang risiko tsunami.

Di sinilah pentingnya inisiatif seperti Tsunami Ready Community yaitu sebuah program berbasis kemandirian masyarakat yang menekankan pada tiga pilar utama: identifikasi risiko, kesiapsiagaan, dan kemampuan respons. Dengan 12 indikator yang ditetapkan oleh UNESCO-IOC, program ini telah membentuk 48 komunitas siaga tsunami di wilayah Samudra Hindia. Indonesia patut berbangga karena 22 komunitas yang telah diakui secara internasional berasal dari negeri ini.

Namun, tantangan belum selesai. Masih banyak wilayah pesisir yang belum memiliki akses terhadap sistem peringatan dini yang memadai. Terlebih lagi, peringatan tsunami non-seismik (tidak dipicu oleh gempa bumi) masih menjadi kelemahan global. Banyak negara belum memiliki teknologi yang mumpuni untuk mendeteksi jenis tsunami ini, padahal risikonya bisa sama besarnya.

Deputi Bidang Geofisika BMKG, Dr. Nelly Florida Riama, menegaskan bahwa tragedi Tsunami Aceh adalah pelajaran berharga dimana sistem saja sudah tidak cukup, masyarakat pun harus siap. Maka dari itu, kampanye "Early Warning for All" yang diusung BMKG perlu didorong lebih masif dan lintas negara agar informasi tidak berhenti di teknologi, tetapi juga sampai ke telinga dan hati masyarakat yang tinggal di wilayah rawan.

Dengan demikian, tsunami merupakan bencana alam yang tidak bisa dihindari, tetapi dampaknya dapat diminimalisir jika kita siap. Oleh karena itu, kolaborasi internasional, penguatan komunitas, dan inovasi teknologi harus berjalan beriringan agar masyarakat tidak hanya menerima informasi, tapi juga tahu bagaimana bertindak. Dunia juga harus belajar dari tragedi 2004 dan bergerak lebih cepat dalam membangun sistem peringatan yang tidak hanya canggih, tetapi juga inklusif dan merata.

 Inisiatif kegiatan seperti forum Steering Group Meeting ICG/IOTWMS adalah bukti bahwa kita bisa, dan harus bersatu melawan ancaman yang sama. Karena di dunia yang saling terhubung ini, keselamatan satu bangsa adalah keselamatan kita semua. Itulah yang menjadi tugas kita bersama. Ingat! Tsunami dapat terjadi kapan saja dan tidak menunggu kita untuk bersiap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun