Mohon tunggu...
NICKEN LARASATI
NICKEN LARASATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Surabaya

Kesehatan mental, sosial, pribadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Psikologis pada Generasi Fatherless

27 Oktober 2022   19:48 Diperbarui: 27 Oktober 2022   19:55 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kebanyakan dari perempuan fatherless memilih untuk tidak menikah. Hal ini timbul dari rasa trauma untuk menjalin rumah tangga. Ketakutan berlebihan diakibatkan oleh trauma ditinggalkan sosok ayah membuat mereka hanya memikirkan kemungkinan buruk saja apabila mereka menjalani hubungan. Perasaan tidak percaya diri akan menjadi sosok orang tua yang baik dan ketakutan terulangnya perasaan atau kondisi fatherless pada anak mereka juga menjadi salah satu hal yang memicu keputusan tersebut.

3. Pergaulan Bebas

Anak yang tumbuh tanpa dampingan dan pengawasan secara langsung dari seorang ayah dinilai lebih rentan untuk terjun dalam pergaulan bebas. Perasaan selalu kurang membuat mereka mencari banyak hal baru untuk menutupi kekurangan kasih sayang tersebut dan lebih rentan terpengaruh pada pergaulan bebas yang dapat memberi mereka kepuasan atau pelarian sesaat. Sosok ayah yang biasanya menjadi figur pemimpin dan penggerak yang tak mereka dapatkan membuat mereka kehilangan suatu contoh baik yang menimbulkan perilaku yang tidak terkontrol. Selain daripada itu, selalu merasa kesepian membuat mereka mencari pelarian sesaat untuk menghindari perasaan sepi akibat ketidakhadiran sosok ayah dalam hidup mereka. Terutama bagi kalangan remaja yang juga tengah mengalami masa pencarian jati diri, membuat mereka mudah masuk kedalam pelarian-pelarian yang bersifat bebas dan cenderung tidak terkontrol.

4. Depresi

Generasi fatherless dikatakan lebih rentan mengalami depresi. Timbul dari dampak-dampak lainnya yang memupuk keadaan mental mengalami gangguan atau depresi. Kurangnya apresiasi yang menyebabkan mereka menarik diri dari hubungan pribadi dan sosial membuat diri mereka semakin tertutup. Tidak adanya dukungan yang diakibatkan oleh penarikan diri, membuat mereka semakin tidak percaya diri. Hal itu membuat mereka lebih merasa kosong dan mudah putus asa sehingga melakukan hal-hal yang negatif dapat berupa self-harm atau hal lain yang berkonotasi negatif.

Sering merasa kesepian membuat mereka lebih berisiko terkena gangguan mental atau depresi. Depresi sendiri dapat dipicu dari perasaan takut terbuka atau penolakan dari lingkungan yang tercipta dari mindset pribadi mereka sendiri. Perasaan takut akan penolakan dan pengasingan membuat mereka takut untuk menjadi terbuka sehingga ditinggalkan. Mereka cenderung tertutup dan menolak berbagi permasalahan serta perasaan yang tengah dialami. Ketidakterbukaan yang membuat permasalahan semakin menumpuk dan dapat meledak sewaktu-waktu menimbulkan depresi yang cukup berat dan akan memperburuk kondisi kesehatan mental.


Dapat kita ketahui bahwasanya kondisi fatherless ini memberikan berbagai dampak yang buruk dan berpengaruh pada perkembangan psikologis seseorang. Hal seperti ini harusnya membuat kita semakin waspada dan tak lagi mengabaikan permasalahan yang sering dianggap sepele ini.

Salah satu bentuk kewaspadaan dan kepedulian kita pada kasus seperti ini adalah dengan mempersiapkan diri dengan matang sebelum memutuskan untuk menjadi orang tua. Persiapan mental yang matang sangatlah penting agar nantinya menghindari persoalan seperti ini. Sebagai orang tua, hendaknya lebih sadar bahwa tugas untuk mendidik dan menemani perkembangan seorang anak bukanlah hanya tugas salah satu orang tua saja. Kedua orang tua memiliki hak dan kewajiban yang setara untuk mendidik anak mereka. Mindset bahwa seorang ayah hanya sebagai pencari nafkah perlu kita hilangkan dari pemikiran kita, agar nantinya tidak ada lagi persoalan seperti ini.

Bagi orang-orang yang tumbuh tanpa figur seorang ayah, juga tak boleh mengabaikan persoalan ini. Pengaruh yang akan kita dapatkan sangatlah besar dalam perkembangan psikologis. Hal ini dapat dibantu dengan melakukan konseling pada ahli sehingga dapat membantu mengenali serta membantu mengatasi permasalahan dan dampak yang kita terima.

Kesehatan mental dan perkembangan psikologis tak dapat kita abaikan begitu saja. Dimulai dengan peka terhadap diri sendiri dan lingkungan terdekat, yakni lingkungan keluarga. Permasalahan mental seperti fatherless ini harusnya dapat kita sadari dan cegah sejak dini. Persiapkanlah dengan matang sebelum menjadi orang tua, miliki kesadaran yang penuh akan kewajiban sebagai orang tua untuk memberikan perannya secara penuh oleh kedua pihak orang tua untuk menghindari adanya permasalahan mental dan kekosongan figur peran orang tua. Agar terciptanya kesehatan mental yang baik dan seimbang serta mencegah adanya generasi fatherless di masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun