Mohon tunggu...
Hani Debyyana
Hani Debyyana Mohon Tunggu... Guru - Menulis itu perlu persiapan otak, otot, kuota, buku dan berbagai camilan

Hobi menulis, membuat kerajinan tangan, baca - baca, dan nonton film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membeli Barang

27 Oktober 2020   09:30 Diperbarui: 27 Oktober 2020   09:35 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebanyakan orang membeli barang bukan karena memang diperlukannya, tetapi semata-mata untuk membuat orang lain terkesan. Membeli tas karena harganya mahal dan asli yang dipakai artis, celana jeans bermerek terkenal yang dipakai orang dan sebagainya. Membeli barang semacam ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa namun juga anak-anak. 

Anak SD misalnya, suka membeli barang-barang untuk koleksi seperti kartu atau stiker superhero atau tokoh-tokoh yang sedang trend saat itu. Mereka seperti keranjingan mengumpulkan barang-barang tersebut dan akan tampak keren jika bisa memilikinya. Mereka membeli sebanyak-banyaknya, menghabiskan uang sakunya untuk membeli barang tersebut. 

Saling membangga-banggakan koleksi masing-masing dan saling bertukar kartu atau stiker yang belum dimiliki bersama teman-teman lain. Hal ini tak jarang berakibat renggangnya hubungan persahabatan. Pengumpulan stiker bukanlah hobi melainkan sesuatu yang lebih menyerupai perlombaan. 

Kepopuleran stiker tersebut tidaklah berlangsung lama dan dalam semalam memiliki stiker tersebut tidak lagi dianggap keren, kotak-kotak atau album yang diisi penuh dan telah menghabiskan waktu berbulan-bulan, lambat laun menjadi barang-barang yang disembunyikan dalam lemari. 

Setelah era stiker berakhir, anak-anak menghamburkan uang untuk mainan seperti yoyo yang lagi ngetrend. Setelah selesai trend yoyo datanglah trend lain yang kepopulerannya hanya sebentar dan sepertinya hanya diproduksi untuk menghabiskan uang anak-anak. 

Ini adalah cara termudah untuk membuat orang lain terkesan. Barang-barang yang akan membuat diri tampak mengikuti mode atau berpenampilan gagah atau keren semata-mata. Sebenarnya itu bukanlah hal buruk, karena menampilkan kesan baik tentang diri adalah sesuatu yang bagus demi citra harga diri. Keinginan agar disukai atau terpandang atau dianggap hebat adalah kebutuhan yang mendasar. 

Masalah-masalah mulai bermunculan apabila cara satu-satunya yang terpikir untuk bisa popular adalah dengan memiliki pakaian dan barang, bukan apa yang terdapat pada diri sendiri. Apa yang dimiliki pada diri jauh lebih berharga daripada barang-barang yang dimiliki. 

Jika ada yang memintamu untuk menceritakan tentang teman-temanmu, apakah kamu akan menceritakan merk apa yang mereka pakai? Dimana membelinya?. Sudah tentu tidak. Kamu akan menceritakan mengenai diri mereka. Hal-hal yang membuatmu tertawa. Hal yang suka mereka lakukan. Bukan barang-barang yang sebenarnya tidaklah penting. 

Banyak orang berpikir bahwa kita dihadirkan di bumi untuk merawat barang-barang, daripada seharusnya barang-baranglah yang membuat hidup lebih mudah dan lebih baik. Banyak orang lebih cepat marah karena barang koleksinya disentuh sedikit. Mereka berpendapat bahwa barang lebih bernilai daripada anak misalnya. Bisakah kita membayangkan memiliki sesuatu di kemudian hari dimana kita lebih mementingkan barang tersebut daripada perasaan anak sendiri? 

Memang menyenangkan bila bisa memiliki barang-barang bagus. Akan tetapi, barangkali lebih baik bila kita tidak memilikinya. Harta terutama mobil mahal, bisa memperbudak kita. Barang-barang tersebut menjadi beban, karena kita harus merawatnya dan khawatir kalau digores atau dicuri. Memiliki barang-barang yang banyak namun kurang berguna akan membuat diri kita sulit dinilai secara kepribadian dan akan dinilai oleh orang lain berdasarkan barang-barang yang kita miliki. 

Contohnya seorang gadis masih menyimpan semua boneka barbienya sekalipun dia sudah SMA? Gadis itu belum dewasa atau ayah teman memiliki selaci jam tangan mahal? Sok ingin dikagumi. Mereka melabeli diri kita berdasarkan barang yang kita miliki karena bersikap kurang cermat, karena hal itu lebih mudah daripada meluangkan waktu untuk bisa lebih cermat mengenal diri kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun