Kalau 9 April 2021, Jokowi bisa mengunjungi Lembata, apa yang akan disampaikan orang Lembata (dan Adonara) kepada orang nomor satu RI? Inilah kesempatan yang sangat berharga. Saat Hari Nusantara 2017, ada harapan bahwa Jokowi akan hadir di sana. Kini, meski dalam suasana bencana tetapi yang penting ia datang. Lalu apa yang akan disampaikan orang Lembata kalau bertemu Jokowi?
Rasanya banyak 'unek-unek' yang akan dikeluarkan. Para pengungsi kini tengah siapkan strategi tentang apa yang mau disampaikan kalau ditanya? Pada tanggal 7/4, orang Ile Ape katanya ingin menyampaikan sesuatu kepada Ibu Risma. Sayangnya mereka yang mau bicara tidak dapat kesempatan. Unek-unek itu disimpan untuk disampaikan kepada orang nomor satu.
Hidup Sementara
Pasti sebelum ke Lembata (dan Adonara) Jokowi juga menanyakan lebih detail tentang Lembata. Orang 'terdekat' di ring satu pasti menyampaikan informasi umum tentang Lembata.
Karena Jokowi orangnya 'pragmatis', ia tidak akan informasi yang terlalu muluk-muluk. Apa yang jadi kekhasan daerah dan apa yang sudah dibuat selama ini pemerintah. Mungkin saja pertanyaan ini tidak ditanyakan karena ia akan fokus pada bencana. Lebih lagi karena ia hanya berada 2 jam di kabupaten berpenduduk 130 juta ini.
Tetapi bisa dipastikan bahwa dengan menginjakkan kaki di Lembata, ia punya penambahan kosa kata tentang sebuah kabupaten dengan tradisi ikan paus ini. Minimal kalau ada proposal datang dari Lembata, ia ingat bahwa seumur-umurnya, ia bisa sampai di sana meski hanya lewat bencana.
Atau karena orang pragmatis, kalau ada proposal, ia bisa punya bayangan, sebentuk apakah kondisi geografisnya. Terbayang kalau ada program yang muluk-muluk, maka ia bisa saja berkomentar lugas: . Ia pasti komentar: 'daerahmu tandus, dikelilingi bencana, kog rencananya tidak menjawabi kebutuhan?'
Di situ akhirnya bisa menyadarkan kita akan program yang mubasir selama ini yang tidak tepat sasar. Ia akhirnya akan ingat bahwa di kabupaten ini berbagai inovasi yang al itu  (meski gagal).
Di atas semuanya, ingin rasanya bahwa dalam kunjungan 2 jam itu, meski sasarannya adalah bencana, tetapi Jokowi membuka mata kita bahwa daerah kita penuh bencana. Kalau daerah ini bencana maka program yang dikeluarkan jangan terlalu muluk-muluk seakan kita hidup selamanya. Tidak. Ada cincin api di dasar pulau. Karenanya kapan saja bisa datang bencana.
Kalau demikian, program pembangunan jangan terlalu 'muluk-muluk'. Berusaha untuk 'bertahan hidup' merupakan tuntutna mendasar. Penuhi dulu kebutuhan dasar. Kemudian kalau ada lebih baru hal lain untuk 'mempercantik' Lembata. Itulah yang bisa diharapkan untuk disampaikan.
'Podo Wae?'