Mohon tunggu...
Ngabila Salama
Ngabila Salama Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Dokter PNS Dinas Kesehatan DKI Jakarta

Sebuah opini dari dr. Ngabila Salama, MKM - Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta - Sekretaris Umum Organisasi Dokter Alumni SMANDEL Jakarta - Pengurus IDI Wilayah DKI Jakarta - Mahasiswa S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UI - Ibu tiga anak

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stigma Tuberkulosis

16 November 2017   20:57 Diperbarui: 17 November 2017   05:46 2242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pembukaan Seminar Nasional Riset Tuberkulosis (TB), 26 Oktober 2017, Bapak Dirjen Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI berkata: "TB adalah Martabat Bangsa. Kalau kita ingin menjaganya, pikirkan apa kontribusi yang dapat kita berikan untuk TB. Beberapa negara sudah secara 'gamblang' tidak mentolerir (menolak) orang dengan TB".

Semangat besar menulis tulisan ini muncul ketika 13 November 2017 kemarin saya diminta untuk menjadi narasumber dalam penyuluhan TB kepada 2.000 mahasiswa di sebuah perguruan tinggi. Tak hanya saya, rekan dari bagian promosi kesehatan juga menyuluh tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Hari itu kami sudah membagi tugas. Pagi hari, kami melakukan briefing bersama tim Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Puskesmas, dan pihak sekolah mengenai alur acara.

Kami pun menyelipkan beberapa permasalahan TB dalam institusi pendidikan dan alternatif pencegahan dan penanggulangannya. Belum sampai final kami diskusikan tetapi karena mahasiswa sudah ramai menunggu maka kami pun memulai rangkaian acara.

Acara dibagi menjadi empat sesi, dimana setiap sesi terdiri dari 500 mahasiswa (masing-masing dari tingkat I s.d IV). Tiap sesi terdiri dari satu jam penyuluhan, dan bagi mahasiswa yang batuk dan memiliki gejala TB lainnya dilakukan skrining lebih mendalam oleh petugas Puskesmas dan tak sedikit yang diambil dahaknya untuk diperiksakan lebih lanjut.

Bahkan ternyata ada pula beberapa mahasiswa yang langsung dikirim oleh ambulance Puskesmas ke Rumah Sakit.

Tak hanya di dalam gedung, tim Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH) yang amat kami andalkan mengambil tempat di luar gedung. Ya, mereka melakukan kujungan ke tempat tinggal (kostan) mahasiswa di sekitar kampus. Mereka pun melakukan investigasi kontak kepada mahasiswa yang sedang menjalani pengobatan TB.

Tuberkulosis adalah penyakit yang ditularkan kuman melalui udara. HANYA MELALUI UDARA (bukan lewat liur/guna-guna/keturunan/kutukan). Artinya jika penderita TB bersin, batuk, berbicara, atau membuang dahak/ludah sembarangan (lalu menguap ke udara) dan kuman yang menari-nari di udara tersebut terhirup melalui hidung oleh orang sehat lainnya, masuk ke paru, itulah cikal bakal sakit TB bisa terjadi dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki.

Yang menular adalah TB paru. Sedangkan TB di luar paru tidak menular.

Kuman TB di dalam tubuh seseorang ibarat sakelar "OFF" dan "ON". Berdasarkan penelitian sih katanya 80% orang Indonesia udah punya kuman TB di dalam tubuhnya, hanya saja sakelarnya lagi "OFF".

Pasien yang sedang pengobatan TB tentu saja sakelarnya lagi "ON", ketika sudah sembuh berobat akan menjadi "OFF" kembali. Lho kok bisa? Apa sih yang buat sakelar "OFF" menjadi "ON"? Kondisi imunitas dan faktor gizi pemegang peranan utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun