Mohon tunggu...
Johar Dwiaji Putra
Johar Dwiaji Putra Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai

Alumni Ilmu Komunikasi. PNS dan staf Humas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Coba Praktikin Listening Skills Yuk!

3 Mei 2023   15:54 Diperbarui: 3 Mei 2023   16:05 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic source: pexels.com

Musim Lebaran perlahan telah berlalu. Baru saja aku meninggalkan kampung halamanku. Dan kembali ke perantauan. Hikkss, sedih. Aku bersua dengan kedua orangtuaku hanya dalam hitungan hari. Namun tak apa. Setidaknya aku masih dapat merayakan Idul Fitri bersama mereka tahun ini. Alhamdulillah.

Risiko seorang perantau itu memang seperti ini. Baiklah, aku mencoba menikmatinya. Bahwa momen berdekatan dengan orangtua menjadi kesempatan yang langka. Bahkan, kesempatan itu bisa jadi hanya datang saat Lebaran saja. Oleh sebab itu, aku tidak menyia-nyiakan hak cuti barusan. Inilah waktu yang tepat untuk pulang ke Malang. Sejenak bergembira ria di kampung halaman.

Rasanya, tidak cuma aku yang merasakan feel seperti ini. Barangkali seluruh perantau akan mengalami fase-fase seperti yang aku rasakan sekarang. Malah aku harus banyak-banyak bersyukur. Aku masih bisa mudik setahun sekali. Lantaran tempat perantauanku hanya berbeda pulau dengan kampungku. Lalu bagaimana dengan mereka yang berada di luar negeri? Ckckk, mudik ke Indonesia mungkin tidak bisa dilakukan setahun sekali.

Mengingat aku masih harus bekerja di Bukittinggi, akupun (dengan berat hati) meninggalkan Malang. Seperti biasa, perjalanan yang mesti kutempuh cukup berliku. Menyita waktu dan melelahkan. Namun karena 2023 ini sudah menginjak tahun kelima aku merantau ke Sumatera, aku mencoba untuk melupakan rasa lelah yang selalu mendera ini.

Aku mencoba menikmati setiap perjalanan yang pernah kutempuh. Oleh karenanya, kali ini aku ingin bercerita soal perjalanan yang baru saja kualami. Senin, 1 Mei 2023. Pesawat yang membawaku telah landing dengan mulus di Bandara Minangkabau, Padang Pariaman.

Setelah mengambil koper, aku melanjutkan perjalanan ke Bukittinggi menggunakan jasa travel. Aku berdoa dalam hati. Semoga jalanan menuju Bukittinggi tidak macet. Karena berdasar pengalamanku, masa libur Lebaran jalanan di Sumatera Barat lumayan ramai. Tidak hanya dipadati oleh para pemudik. Mereka yang sekadar hendak berwisata ke Padang atau Bukittinggi juga banyak.

Selepas maghrib, mobil travelku melaju meninggalkan bandara menuju Bukittinggi. Pak supir travel memutuskan untuk menempuh rute Malalak. Karena kalau melalui jalur utama Padang-Bukittinggi, di beberapa ruas masih macet. Kuikuti saja, karena pak supir pasti lebih paham.

Di tengah perjalanan, kuputuskan untuk memejamkan mata. Aku ingin mencuri-curi kesempatan untuk tidur barang sejenak. Dan rupanya usahaku berhasil. Saat aku kembali tersadar, tetiba travel sudah berada di daerah Padang Luar. Sedikit lagi sudah masuk Bukittinggi.

Mobil travel melaju mulus memasuki Kota Bukittinggi. Meski ada kepadatan di beberapa titik, namun masih bisa ditolerir. Satu per satu penumpang travel diantar ke alamat masing-masing. Dan karena rumahku berada di posisi terjauh, aku mendapat giliran terakhir untuk diantar.

Ketika di mobil hanya tinggal aku dan pak supir, dia yang sepanjang perjalanan silent tiba-tiba mengeluarkan sepatah dua patah kata. Sang supir travel kemudian bercerita. Pertama-tama soal hal ringan seperti kepadatan jalan di sekitar Sumatera Barat. Lantaran diajak mengobrol, tentu aku mencoba menimpalinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun