27 Juli 2021
Beberapa kilometer sebelum tiba di istana Negara, tim 11 dihadang oleh polisi! Memasuki Jalan Sisingamaraja XII, perjalanan lancar jaya. Beberapa anggota tim 11 mengenakan bendera merah putih dan bendera kerajaan dinasti Sisingamaraja XII. Di persimpangan, Â langkah mereka tertahan. Di hari ke-44, tersisa 8 kilometer lagi sebelum tiba di Istana Negara.
Sejumlah polisi sudah berbaris menghadang perjalanan tim 11. Sejumlah 22 orang dikumpulkan dan diminta untuk melakukan tes antigen. Tim 11 berbaris menunggu giliran. Dari 16 orang yang sempat dites, didapati hasil reaktif. Dan yang reaktif itu adalah Togu Simorangkir.
Selanjutnya, skenarion ini bisa ditebak. Langkah tim 11 berhenti. Semua anggota tim, (awalnya) dikawal ke wisma atlet. Namun, tidak ada satupun yang diturunkan di sana. Kemudian, perjalanan dilanjutkan ke kantor polisi. Di akhir hari, 10 orang pulang! Sedangkan Togu Simorangkir masih melakukan tes untuk memastikan apakah benar dia terpapar Covid atau tidak.
Memanfaatkan Teknologi
Togu Simorangkir sudah memulai melakukan siaran langsung tak lama sesudah tim 11 usai santap siang. Aku mengikuti jalannya live yang dilakukan menggunakan akun facebook Togu Simorangkir.
Semua anggota tim 11 dan yang membersamai tim 11 mulai waspada ketika jumlah polisi yang berdiri menghadang sangat banyak. Terdengar seorang polisi berbicara menggunakan TOA. Kenapa harus TOA? Jumlah mereka 22 orang, koq? Sejak kapan pendekatan polisi terhadap 22 orang yang sedang tidak melakukan demonstrasi bisa seprovokatif ini?
Dengan sigap, Togu meminta semua anggota tim untuk merekam semua kegiatan di sekelilingnya. Meminta sebagian lagi memotret semua keadaan dan memastikan tidak ada yang terlewat untuk dipotret maupun direkam.
Ketika langkah mereka terhenti yang diawali oleh provokasi seseorang yang menggunakan pakaian casual, mengaku orang Batak namun tak bersedia menyebutkan marganya, jumlah yang menonton siaran langsung tersebut mencapai angka 6000.
Jadi, sebanyak 6000an orang menyaksikan apa yang terjadi di 10 menit yang menegangkan dan mendebarkan di simpang jalan itu. 6000 orang! Bisa dibayangkan, jika diantara 6000 orang yang sedang menonton itu, separuhnya membagitontonkan ke linimasanya, sudah berapa banyak lagi orang yang menonton.
Memang, teknologi bisa sangat kejam di sisi satu dan sangat menolong di sisi lainnya.