Alhamdulillah, kita bersyukur karena kita berada di bulan suci Ramadhan 1439 H. Tidak terasa, kini kita telah sampai di penghujungnya. Dan kita berharap puasa Ramadhan kali ini benar-benar bisa mewujudkan ketakwaan hakiki sebagaimana yang Allah SWT kehendaki (TQS al-Baqarah: 183).Â
Tentu Allah SWT tidak pernah menyelisihi janji dan firman-Nya. Apabila mengerjakan ibadah puasa dengan benar (sesuai tuntunan al-Quran dan as-Sunnah) dan ikhlas yang semata-mata karena ridha Allah SWT, niscaya takwa sebagai hikmah puasa ini akan terwujud dalam diri.
Orang-orang bertakwa adalah orang yang takut kepada Allah, intinya dia menjauhi laranganNya dan melaksanakan apa-apa saja yang dititahkan kepada dirinya.
Dengan demikian, jika memang takwa adalah buah dari puasa Ramadhan, setiap mukmin seharusnya senantiasa takut kepada murka Allah SWT. Selalu menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya dan menjauhi kesyirikan, senantiasa menjalankan ketaatan. Ia takut untuk menjalankan perkara-perkara yang haram. Ia senantiasa berupaya menjalankan semua kewajiban yang ditetapkankan Allah SWT kepada dirinya.
Jangan sampai dia melaksanakan puasa Ramadhan bahkan sudah melaksanakan haji, tapi melakukan riba, suap, korupsi, mengabaikan urusan masyarakat, menzalimi rakyat, berdusta dan menolak penerapan syariah secara kffah. Haruslah takut berbuat syirik sebagaimana yang dicontohkan dan diriwayatkan oleh Rasul dengan firman Allah dalam QS. At-Taubah: 31.
Tentu, sebagai wujud dari ketaqwaan kita, kita dilarang menaati apapun produk hukum buatan manusia yang nyata-nyata bertentangan dengan syariah Allah swt. Di sinilah pentingnya kita semua senantiasa hanya menaati Allah SWT dan Rasul-Nya dengan menerapkan syariah-Nya secara kaffah.
Itulah esensi ketakwaan kita, yang sejatinya kita petik sebagai buah dari puasa Ramadhan kita.
Wallahu a'lam bish shawab
By. Ibu Yeti Atho