Penyerangan ulama oleh orang tidak di kenal, terjadi secara berturut-turut di berbagai wilayah beberapa waktu yang lalu. Kasus pertama menimpa Pimpinan Pesantren Al-Hidayah Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Umar Basri. Beliau menjadi korban penganiayaan usai melaksanakan sholat shubuh di masjid pada Sabtu (27/1). (detik.com, 27/1/18). Kemudian muncul kasus penganiayaan terhadap Komando Brigade PP Persis, Ustadz Prawoto. Beliau bahkan wafat setelah sempat menjalani perawatan di rumah sakit akibat dianiaya oleh seorang pria pada kamis(2/2) pagi. Â (Republika, 2/2/18). Disusul dengan kasus-kasus lainnya.
Ada kesamaan modus dalam kasus-kasus ini. Yaitu, menyerang ulama, ustadz, atau merusak masjid; lalu ketika pelakunya tertangkap, mereka dinyatakan mengalami gangguan jiwa.
Pernyataan pihak Kepolisian yang dinilai terburu-buru, yang menyebutkan bahwa pelaku penyerangan itu mengalami gangguan jiwa mendapat kritik keras. Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Danardi Sosrosumihardjo merasa, penyebutan pelaku penyerangan sebagai penyandang gangguan jiwa atau orang gila terlalu cepat dilakukan. Untuk mengatakan itu, perlu pembuktian melalui diagnosis dokter. Itu rasanya perlu di koreksi menurut saya, kata dia ( Republika, 14/2/18).
Negara, seharusnya mampu memberikan jaminan rasa aman kepada rakyatnya. Siapapun mereka. Apalagi bila yang harus dijaga keamanannya adalah ulama. Namun kenyataannya, aparat malah terkesan meremehkan berbagai peristiwa tersebut. Dalam wawancaranya dengan media, Kapolri menyebutkan bahwa berbagai serangan itu adalah kriminal biasa(Republika, 13/2/18).
Dari berbagai peristiwa ini menunjukkan betapa beratnya menjadi seorang ulama. Di satu sisi mereka memiliki tugas menjadi penerang umat ke jalan Islam. Di sisi lain, merekapun harus menghadapi teror yg sedemikian dahsyat.
Semoga para ulama kita bisa tetap istiqomah. Karena tanpa mereka, siapa yang akan memusnahkan segala pemikiran sesat dan segala bentuk keraguan dari dalam hati dan jiwa manusia. Benarlah apa yang dinyatakan Rasulullah:
Sungguh perumpamaan para ulama di bumi seperti bintang-bintang di langit yang dengan cahayanya menerangi kegelapan di darat dan di lautÂ
(HR Ahmad).
Oleh karena itu, kita khususnya penguasa wajib menjaga ulama. Tidak boleh hanya berdiam diri saja melihat teror yang meninpa mereka. Kita pun wajib memuliakan mereka. Bukankah Allah pun memuliakan mereka, para ulama?
By. Santi ummu thoriq