Kroos mengatur ritme permainan sedangkan Modric lebih pada penetrasi. Makanya Modric seringkali dimainkan pada babak kedua menggantikan Kroos ketika Madrid tak mampu memecah pertahanan lawan.
Madrid terlalu kuat dan selalu menguasai permainan jika memainkan Casemiro, Valverde, Modric dan Kroos sekaligus. Akan tetapi, lini depan yang selalu tumpul pasca kepergian Cristiano Ronaldo membuat Zidane memaksa memainkan dua orang penyerang sayap dan satu striker daripada memainkan dua orang striker sekaligus.
Zidane pernah mencoba duet Jovic-Benzema tetapi tidak mendapatkan hasil yang bagus sehingga ia berani mencadangkan Modric atau Kroos untuk memainkan Vinicius, Asensio atau Rodrigo.
Melawan Valencia pagi tadi adalah petaka. Casemiro dan Eden Hazard dinyatakan positif Covid-19. Zidane mencoba bereksperimen dengan memainkan Modric dan Valverde lebih rapat dengan lini belakang. Sedangkan Isco berada di belakang Benzema, sejajar dengan Asensio dan Vinicius.
Valencia merespon formasi ini dengan tepat, mereka memainkan empat play maker. Kreativitas Modric dan Valverde dibendung sehingga pasukan Zinedine Zidane kebablasan dan melakukan empat kesalahan fatal.
Valverde menjalankan tugas yang lebih berat karena harus menggantikan posisi Casemiro. Modric dipaksa untuk bermain diluar kebiasaannya, ia sedikit bermain lebih dalam. Tetapi mereka juga berperan menjadi penyalur bola. Isco yang diharapkan membangun serangan tidak melakukan tugasnya dengan baik.
Berbeda jika Casemiro masuk dalam starting line up. Valverde dan Modric akan bekerja lebih baik karena Casemiro yang bertugas membendung aliran bola dari lawan.
Sebenarnya Madrid masih bisa bermain imbang jika Kroos dan Modric dimainkan sekaligus sehingga Valverde bermain di posisi Casemiro. Memang tidak sepenuhnya menggantikan Casemiro tetapi akan meminimalisir serangan lawan.