Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buket untuk Wali Kelas

25 November 2022   11:23 Diperbarui: 25 November 2022   11:33 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi wali murid kelas 5A


"Bunda, bagi uang," kata si bocil semalam. Ini permintaan yang kesekian yang saya dengar.

"Buat apa?" tanya saya.

"Aku mau beli coklat, buat hari guru besok," katanya.

Anak bungsu saya ini kelas 5 SD di SDN Depok 01, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. Ia bercerita jika 2 kawan dekatnya bikin sesuatu yang terlihat olehnya sangat bagus. 

"Bagus deh Bun, buatannya Ara," katanya. 

Jadi, mungkin dia merasa "tertantang" untuk melakukan hal serupa. Saya berpandangan, anak saya dengan niatnya memberikan sesuatu pada wali kelas, setidaknya ia bisa menghargai bagaimana perjuangan sang guru dalam mendidiknya dan mengajarkannya berbagai ilmu.

Saya pun memberinya uang dan mewanti-wanti untuk belanja sesuai yang diperlukan. Jangan yang lain. Pulangnya, anak saya membawa satu pouch coklat Dylan, double tape, dan kertas kado.

Ternyata anak saya mau bikin buket. Dia mau bikin 2 buket. Satu berisi buku dan coklat, satu lagi berisi peralatan tulis seperti 3 spidol white board, 2 pensil standard 2B, 1 penggaris, dan 1 pulpen.

Kecuali coklat, isi-isi buket yang lain diambilnya dari stok yang ada di lemari. Mengapa dipilihnya spidol? Padahal saya sudah menawarinya satu set alat tulis yang bagus dalam wadah kotak yang terbuat dari kulit.

"Habis spidolnya Pak Tukin (nama wali kelasnya) udah nggak nyata masih dipakai-pakai saja. Daripada didikte, harus dibaca berulang-ulang, kan capek, ya sudah kasih spidol aja ini," jelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun