Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Seni Bertetangga, Perhatikan Adab Merenovasi Rumah

2 Oktober 2021   15:42 Diperbarui: 2 Oktober 2021   17:27 102625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga anak saya beranjak remaja. Usianya 16 tahun, 14 tahun, dan 10 tahun. Semuanya perempuan. Sebagaimana lazimnya anak-anak seusia mereka, tentunya menginginkan kamar yang lebih privasi. Tidak lagi harus saling berbagi. 

Terlebih teman-teman sekolah atau rumah sering juga berkunjung ke sini. Saya lebih senang teman-temannya yang bermain ke sini. Tidak masalah saya harus mengeluarkan uang lebih untuk menjamu mereka. Terpenting, saya bisa mengenal lebih dekat kawan-kawannya.

Selama tiga tahun ini, anak pertama dan kedua saya memiliki kamar tidur bersama dengan kamar mandi di dalam, di lantai atas. Kamarnya cukup luas untuk ukuran saya mah. Jadi, meski ditempatkan dua meja belajar dan dua lemari pakaian, masih cukup leluasa.

Karena itu, saya dan suami, berniat membangun 1 kamar lagi untuk anak kedua saya di lantai atas. Persis di atas garasi. Di antara kamar anak pertama dan anak kedua, terdapat area berukuran 3 x 4 meter persegi, yang bisa dipakai untuk ruang berkumpul bersama teman-temannya.

Di lantai bawah sendiri ada kamar tidur suami, kamar tidur saya dan anak bungsu dengan kamar mandi di dalam, 1 kamar mandi tamu, ruang tamu, ruang keluarga, dapur yang menyatu dengan ruang makan, ruang mushola, dan teras.

Di samping, tentu saja garasi yang bisa memuat dua mobil, Land Rover dan Bighon, punya suami. Sementara, beberapa motor terparkir di dekat teras, yang dekat dengan area yang dipakai suami jika menerima teman-temannya.

Maklum, kebanyakan teman suami perokok, jadi untuk menghindari saya dan anak-anak terpapar dari asap rokok, suami sangat jarang menerima kawan-kawannya di ruang tamu. Selalu di area tadi sambil duduk di jok mobil yang tidak terpakai yang disusun sedemikian rupa.

Luas tanah yang saya tempati ini 144 meter persegi. Saya beli sejak perumahaan ini dibuka dan masih berupa kavling pada tahun 2000. Sekian lama tinggal di sini, tidak ada lagi lahan tersisa di rumah saya sebenarnya. Semua sudah dibangun sesuai dengan peruntukkannya.

Jadi, kalau ingin menambah ruangan lagi berarti harus membangun lantai atas. Jika "proyek" ini selesai, nanti kamar suami menjadi kamar si bungsu, dan suami jadi beralih tidur dengan saya di kamar yang biasa saya tempati. Tidak pisah ranjang lagi hehehe...

Ok. Namun, sebelum membangun rumah, tentu harus ada etika bertetangga. Posisi rumah yang saling berdempetan menjadi salah satu penyebab utama yang dapat memengaruhi kenyamanan hidup bertetangga.

Bagaimanapun, tetangga samping, tetangga belakang, dan tetangga depan, tentu saja menjadi pihak yang paling terdampak oleh suara bising dari pengerjaan proyek ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun