Saat ini, anak-anaknya dijaga oleh asisten rumah tangganya yang lama setelah diswab test sehari sebelumnya di RS Mayapada. Sebelumnya, waktu masih di NCU Fatmawati, ibu dan kakaknya yang menjaga anaknya.
"Ah ini adalah satu cerita dari ribuan cerita pilu penderita Covid-19 seperti kami. Orang tidak akan pernah bisa merasakan apa yang kami rasakan, hingga merasakannya sendiri," katanya.
Mendengarnya curhatnya, saya hanya bisa menguatkan dengan kata "sabar dan ikhlas". Mungkin memang begini jalannya.Â
"Semoga semuanya dimudahkan dan dilancarkan," kata saya.Â
"Terima kasih ya Mbak, saya jadi sudah mengeluarkan keluh kesah," katanya.
Baca juga: Tetangga Positif Covid-19, Jangan Kucilkan
Jauh-jauh hari Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito sudah mengingatkan masyarakat untuk tidak mendiskriminasikan pasien Covid-19 yang ada di lingkungan mereka.
Menurutnya, terinfeksi virus Corona bukanlah aib. Dukungan kepada pasien justru sangat dibutuhkan untuk membantu proses penyembuhan.Â
Karena itu, jangan ada sikap diskriminatif kepada keluarga atau kerabat yang didapati positif Covid-19. Dukungan kepada mereka yang terkena Covid-19 dapat membantu proses penyembuhan mereka.Â
Saya tidak habis mengerti di jaman digital yang serba terbuka ini masih ada orang yang pemikirannya sesempit itu. Menjadikan penyintas Covid-19 sebagai "kelompok yang berbeda" sehingga memunculkan perlakuan diskriminasi.Â
Kalau baru-baru mewabah, ya bisa dimaklumi juga. Apalagi ini memang penyakit baru. Selain memang bisa menular sangat cepat, juga bisa menyebabkan kematian. Bisa dimaklumi juga jika banyak orang jadi bingung, cemas, dan takut dengan penyebaran Covid-19.
Tapi kan ini sudah hampir 1 tahun berjalan dan pemerintah juga terus menerus berusaha mengendalikan penyebarannya. Yang sampai saat ini terus diupayakan ditangani agar lebih terkendali.Â