Karena tidak ingin menjadi beban orangtuanya, ia pun memutuskan berjualan donat. Itu juga terpikirkan setelah ia makan donat yang dijual oleh seorang ibu. Donat yang dimakannya ini terasa enak.
Ia lalu bertanya kepada ibu tersebut bagaimana membuat donut seenak itu. Setelah ia mencoba membuat yang kemudian diujicobakan ke teman, saudara, dan tetangga, ternyata mendapatkan sambutan hangat.Â
Sejak itu, ia pun berkeliling kompleks menjajakan dagangannya. Mencoba untuk meraih peruntungan. Baginya, keberanian untuk mencoba dan memiliki motivasi yang kuat, itulah kunci untuk meraih kesuksesan dalam berbisnis.
"Donat, donat..., donattt."
Baginya, donat bukan sekedar camilan. Ada filosofi hidup yang bisa dilakoninya. Lantas apa hubungannya donut dengan kehidupan?
"Ada," katanya. Terutama saat menjalani proses pembuatan donat. Bagaimana menyatukan rasa dan kelezatan yang bisa dinikmati oleh banyak orang. Ada penyatuan antara hati dan pikiran. Ada peleburan dari dalam dirinya.Â
Ada rasa bahagia, bila dapat menyelesaikan pembuatan donut sesuai yang diharapkan. Kalaupun terjadi kegagalan, tidak akan membuatnya mudah putus asa, karena dalam prosesnya tadi melibatkan hati, melibatkan Allah, Sang Pemilik Hidup.
Dari donut juga mengajarkan hidup untuk selalu bersyukur. Menjadi pribadi yang rendah hati, tanpa harus iri dengan kehidupan orang lain yang mungkin kita pandang lebih baik dari kita.
Bagi sebagian orang pandemi Covid-19 bisa menjadi peluang untuk berbisnis. Bagi sebagian orang hidup tanpa ujian tak akan bernilai. Justeru dari ujian itulah memunculkan motivasi.
Bahwa hidup itu seperti perputaran roda, kadang di atas, kadang di bawah. Seperti itulah donat. Bentuknya yang juga seperti roda menggambarkan kehidupan yang kita jalani terus berputar.Â
Dari donut juga mengajarkan, bahwa perjalanan kehidupan ini ada alurnya, seperti donut yang memiliki bolong di tengah, yang menunjukkan alur kehidupan. Karenanya, kita harus berhati-hati dalam melangkah. Jangan sampai terperosok dalam lubang, terlebih dalam lubang yang sama.