Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memberikan Utang Ibarat Makan "Buah Simalakama"?

7 Agustus 2020   16:21 Diperbarui: 7 Agustus 2020   18:04 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. pribadi, hasil screenshot

Pengalaman yang "tidak mengenakkan" saya saat mau meminjam uang kepada saudara sepupu saya menjadi "tamparan" buat saya. Sejak saat itu, saya bertekad tidak akan meminjam uang kepada siapapun meski dalam kesulitan keuangan.

Saya lupa tahun berapa. Yang jelas saat saya hamil anak kedua. Saya mengajukan pinjaman uang kepada saudara sepupu saya. Tidak banyak. Saya lupa antara Rp500 ribu atau Rp1 juta. Saya mencoba pinjam ke sepupu saya karena dari cerita-cerita yang saya dengar kehidupannya jauh lebih sejahtera.

Waktu itu masih jamannya SMS. Kebetulan ketika itu, keuangan saya sangat menipis karena habis bangun rumah yang sekarang saya tempati. Ditambah kondisi suami yang tidak ada pekerjaan. Keadaan itu benar-benar "Senin Kamis". Tapi saya tutupi kondisi ini dengan tidak bercerita pada orangtua saya.

Ketika saya mengajukan pinjaman kepada saudara sepupu saya, saya mendapat jawaban "saya omongin dulu ya dengan istri," katanya dalam bahasa Sunda. Besoknya baru ada jawaban, dia mau meminjamkan saya uang 100 ribu saja. Mendapat jawaban seperti itu jelas saya kecewa. "Ya sudah, nggak jadi deh. Terima kasih ya," kata saya.

Nah, sejak saat itu saya tidak mau lagi meminjam uang kepada siapapun. Dan, Alhamdulillah...sejak saat itu Allah selalu memberikan saya kemudahan dalam segala urusan. Agenda pekerjaan saya juga mulai padat. Lambat laun keuangan saya pun mulai membaik.

Saya pun bersyukur, sampai sekarang saya tidak punya hutang. Saya memang tidak membiasakan diri untuk berhutang. Saya juga tidak tergiur untuk memiliki kartu kredit karena sampai sekarang saya tidak punya kartu kredit.

Jadi sesulit apapun keuangan saya, tidak pernah saya atasi dengan meminjam uang kepada yang lain. Termasuk kepada orangtua dan saudara-saudara saya. Terlebih saya bukan tipe orang yang suka mengeluh tidak punya uang pada suami, orangtua, dan saudara-saudara saya.

Ketika saya membeli kavling tanah seluas 144 meter persegi saat kompleks rumah baru dibangun 20 tahun lalu, sempat terpikir untuk mencicil lewat KPR. Tapi setelah ditimbang-timbang dengan cicilan belasan tahun rasanya kok beban banget.

Iya kalau umur saya panjang, kalau tidak? Jadi akhirnya saya putuskan beli kavling saja, dibangunnya nanti kalau punya uang. Alhamdulillah sekarang punya hunian yang nyaman setelah membangun secara mencicil. Ada uang, bangun. Ada uang, bangun.

Ternyata enak lho hidup tanpa utang serasa tidak ada beban.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun