Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

(Kembali) Belajar dari Rumah, Jadilah Orangtua Sahabat Anak

13 Juli 2020   12:15 Diperbarui: 13 Juli 2020   13:13 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, Senin (13/7/2020) anak-anak saya -- Putik Cinta Khairunnisa (kelas IX), Annajmutsaqib (kelas VIII), Fattaliyati Dhikra (kelas III), mulai memasuki tahun ajaran 2020/2021. Namun anak-anak (termasuk pelajar lainnya) masih belajar dari rumah atau pembelajaran jarak jauh melalui aplikasi Google Classroom melalui handphone masing-masing anak saya. Meski belajar di rumah, anak-anak tetap diharuskan menggunakan seragam layaknya belajar di sekolah.

Keputusan ini diambil mengingat pandemi Covid-19 di wilayah saya (Kota Depok, Jawa Barat) masih belum bisa dikendalikan. Sebagian besar kecamatan di wilayah ini masih zona merah. Kondisi new normal justru membuat kondisi semakin "tidak normal". Para orang tua peserta didik, termasuk saya, pun resah, karena data terakhir menunjukkan masih tingginya angka penambahan kasus baru pasien Covid-19.

Faktanya lagi, berdasarkan data dari Gugus Tugas Pengendalian Penyebaran Covid-19 (GTPP Covid-19) persentase anak usia 0-5 tahun dan 6-17 tahun yang terdampak masing-masing sebesar 2,3% dan 5,6% dari keseluruhan orang yang terindikasi positif Covid-19 (data per 2 Juni 2020).

Dari data itu, menjadi bukti anak-anak juga terancam dalam situasi pandemi ini, sehingga perlu menjadi perhatian bersama. Saya bersyukur Pemkot Depok akhirnya mengambil keputusan itu mengingat anak adalah makhluk paling rentan, maka anak harus kita lindungi. 

Untuk mengantisipasi agar penyebaran tidak meluas, Pemerintah Kota Depok pun mengambil keputusan itu. Surat keputusan itu pun dibagikan wali kelas ke group WhatsApp menjelang berakhirnya "libur panjang" sekolah. Karena anak saya tiga, berarti ada 3 group WhatsApp yang saya ikuti ditambah 3 group WhatsApp orangtua murid yang tanpa wali kelas. Jadi, informasi itu pun menyebar di 6 groups WhatsApp yang saya ikuti.

Seperti lazimnya akan berangkat sekolah, saya pun menyiapkan sarapan pagi buat anak-anak. Kali ini anak saya minta dibuatkan nasi goreng ala saya. Setelah sarapan, saya pun mendampingi anak-anak memastikan anak-anak mengikuti apa yang diarahkan wali kelas. Meski hari ini sampai sepekan kemudian, masih Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi siswa baru, anak-anak tetap harus bergabung secara daring. Mulai dari pukul 07.00 hingga pukul 12.00.

Tadinya, jika akhirnya anak-anak tetap diharuskan belajar di sekolah juga, saya sudah mewanti-wanti anak-anak saya: tidak melepas masker selama di sekolah; menjaga jarak selama menggunakan transportasi umum; tidak memegang benda dalam kendaraan; segera mencuci tangan jika tiba di tempat tujuan; jaga jarak dengan guru, teman, dan warga sekolah lainnya; hanya memakan bekal dari rumah; tidak membagi makanan dengan orang lain; segera mengganti pakaian sesampainya di rumah; rajin mencuci tangan dengan sabun.

Tapi syukurlah akhirnya diputuskan anak-anak masih tetap belajar di rumah. Bagaimana saya tidak senang, meski saya sudah mewanti-wanti dengan sejumlah protokol kesehatan itu, apa iya ada jaminan anak-anak saya bisa mematuhinya? Apa iya juga ada jaminan anak-anak saya tidak terpapar Covid-19?

***

Penerapan kebijakan tatanan normal baru (new normal) di tengah pandemi Covid-19, memang mengharuskan saya sebagai orangtua menyesuaikan cara pengasuhan dan pendampingan. Tantangan juga tidak ringan. Seperti kesulitan interaksi, kesulitan psikososial dan ekonomi, manajemen emosi dan energi, ketidakpastian masa depan, serta adaptasi terhadap teknologi. 

Terpenting, kita sebagai orangtua tidak memosisikan diri orang tua dengan anak sebagai atasan dan bawahan. Orangtua juga perlu melibatkan anak dalam berdiskusi dan menjadi sahabat bagi anak. Orang tua dan seluruh anggota keluarga bertanggungjawab membangun iklim positif di rumah. Kebahagiaan keluarga di masa pandemi memang harus diupayakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun