Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berpikir Positif di Tengah Hantaman Krisis Covid-19

1 Juni 2020   16:23 Diperbarui: 1 Juni 2020   16:22 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama "terkurung" di rumah selama tiga bulan terakhir ini karena wabah Covid-19, kira-kira pikiran kita lebih cenderung berpikir positif atau negatif? Cara berpikir kita ini dapat menentukan seberapa kuat kita menghadapi musibah ini.Tidak bisa dipungkiri, sejak virus Corona "berkeliaran" di Indonesia, yang sudah membuat banyak nyawa melayang, cukup mempengaruhi sisi psikologis masyarakat kita.

Tak sedikit yang stres memikirkan kondisi ini mengingat dampaknya cukup berimbas ke segala sektor. Ya memang dampak Covid-19 ini banyak yang kehilangan pekerjaan, ada yang gajinya dipangkas, ada yang di PHK, dan banyak lagi yang semuanya berimbas pada perekonomian rumah tangga.

Belum lagi kekhawatiran akan terpapar meski sudah melakukan serangkaian protokol Covid-19. Kondisi ini membuat masyarakat cenderung berpikir negatif. Yang jika dipahami berpikiran negatif justeru akan membuat daya imun tubuh menurun.

Nah, termasuk saya, yang mulai "parno". Tidak berani keluar rumah karena takut terpapar. Apalagi selama ini aktifitas saya lebih sering menggunakan transportasi kereta listrik. Kalau saya tertular, bagaimana anak-anak saya, pasti ikut tertular. Begitu "ketakutan" saya.

Jadilah saya ambil aman diam di rumah saja. Keluar rumah hanya untuk keperluan berbelanja kebutuhan mingguan di depan kompleks rumah dan kontrol ke rumah sakit. Di luar itu, saya harus berpikir berkali-kali terlebih dulu.

Namun, setelah saya mengikuti diskusi virtual bertema 'Berpikir Positif Walau Dihantam Krisis' yang diadakan Nina Nugroho Solution, pikiran saya jadi terbuka nih. Kalau kita terlalu "parno" justeru tidak baik untuk kesehatan kita.

Motivator Jamil Azzaini yang juga CEO Kubik Leadership, yang menjadi narasumber dalam diakusi tersebut, menyampaikan dalam situasi seperti ini, yang dibutuhkan justeru pikiran positif agar tetap bisa melangkah ke depan.

"Berpikir positif adalah kunci kita terbebas dari krisis ini. Tanggalkan semua hal-hal negatif, hindari dan jauhi agar kita bisa tetap berdiri. Berpikirlah bahwa di balik kesulitan ada kemudahan, ada peluang yang bisa kita optimalkan," tegasnya.

Lalu bagaimana caranya agar kita selalu berpikir positif?  Jamil Azzaini memberikan tiga kunci utama berpikir positif: punya impian hidup, bergaul dengan orang-orang yang berpikiran positif, dan jangan fokus pada ketidaksempurnaan.

Kunci pertama, harus punya impian hidup. Bagaimana caranya? Ya lakukan aktivitas yang sesuai passion. Passion ya yang sesuai hasrat kita. Kalau itu sudah dilakukan, dijamin tidak akan punya waktu lagi untuk memikirkan hal-hal negatif.

Kata trainer leadership dan pengembangan diri di Fortune 100, ini ada empat E yang didapat jika kita melakukan suatu aktifitas yang sesuai passion: Enjoy (menyenangkan), Eazy (mudah dikerjakan), Excellent (baik sekali), dan Earn (menghasilkan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun