Digitalisasi mempermudah kehidupan kita dalam berbagai hal. Terutama ketika pandemi Covid-19 pada 2020, saat pergerakan kita dibatasi oleh lockdown demi memutus mata rantai penyebaran virus, dan hampir semua kegiatan dilakukan secara online. Kita bisa merasakan banyak kemudahan dengan teknologi digital.
Pandemi meningkatkan jumlah data personal yang beredar secara online karena semakin banyak orang yang menggunakan internet untuk bekerja, sekolah, berinteraksi, dan kegiatan lainnya. Hal tersebut menambah rekam jejak digital kita di internet.
Dilansir dari blog Niagahoster, jejak digital merupakan segala rekam jejak data seseorang saat berselancar di internet. Jejak digital tidak hanya kegiatan yang secara sadar kita lakukan, tapi juga meliputi data yang ditinggalkan tanpa sadar oleh pengguna internet. Misalnya mengizinkan aplikasi mengakses lokasi GPS atau mengizinkan website membaca cookies.
Jejak digital memiliki kekuatan yang besar, karena di era digital ini rekam jejak digital bisa digunakan untuk membentuk reputasi digital seseorang. Tentunya hal tersebut akan membawa manfaat sekaligus risiko bagi pengguna internet.
Jejak Digital untuk Strategi Marketing dan Background Checking
Ketika kita membuka suatu website, kerap kali sebuah pop-up bertuliskan Allow Cookies akan muncul di bagian bawah atau bahkan di tengah website. Besar kemungkinan pengguna internet langsung mengeklik pilihan allow cookies agar bisa melanjutkan kegiatan berselancar di internet.
Mengizinkan website membaca cookies, berarti mengizinkan website untuk menyimpan rekam jejak digital dan aktivitas online yang dilakukan oleh pengunjungnya, seperti yang dikutip dari blog Niagahoster. Dengan data tersebut, website akan merekomendasikan iklan sesuai history pencarian.
Tidak hanya itu, digital marketer juga bisa mendapatkan informasi personal pengunjung website melalui cookies. Informasi personal tersebut meliputi umur, jenis kelamin, hobi, kegemaran, dan data personal lainnya.
Jejak digital juga bisa digunakan oleh recruiter untuk melakukan screening terhadap kandidat yang akan direkrut oleh sebuah perusahaan. Jejak digital dari aktivitas online di internet dan media sosial bisa digunakan untuk background checking dan mengetahui pribadi asli seorang kandidat.
Lebih Memperhatikan Jejak Digital
Dengan semua aktivitas online yang bisa terekam sebagai jejak digital, kita semua harus lebih berhati-hati dan memperhatikan kemungkinan jejak digital kita diakses dan digunakan oleh orang lain. Meninggalkan jejak digital dapat membuka celah bagi pelaku kejahatan untuk mencuri data pribadi yang kemudian disalahgunakan demi kepentingan pribadi pelaku.