Kalanglundo -- Ancaman stunting masih membayangi Kabupaten Grobogan. Data SSGI 2023 menunjukkan prevalensi stunting balita di Jawa Tengah mencapai 20,7 persen, sementara Grobogan sedikit lebih tinggi, 20,8 persen. Situasi lebih genting terlihat di Desa Kalanglundo, Kecamatan Ngaringan, yang mencatat angka 26,8 persen atau 19 dari 535 balita (Puskesmas Ngaringan, 2025).
Berangkat dari kondisi inilah yang mendorong lahirnya program SEHATI (Sekolah Sehat Anti Pernikahan Dini dan Stunting) di SMP Negeri 2 Ngaringan. Program ini memilih cara sederhana namun efektif: edukasi lewat leaflet interaktif berjudul "Tunda Pernikahan, Raih Impian".
Sebagai wujud komitmen, leaflet "Tunda Pernikahan, Raih Impian" diserahkan secara simbolis kepada pihak sekolah. Penyerahan kepada guru ini menjadi penanda bahwa media edukasi tersebut bukan sekadar materi kampanye, melainkan instrumen pembelajaran yang diharapkan terus hidup dalam kegiatan sekolah dan sosialisasi berkelanjutan.
Leaflet tiga lipatan yang  dibagikan memuat aturan batas usia perkawinan sesuai UU No. 16 Tahun 2019, risiko medis pernikahan dini, hingga kaitannya dengan stunting. Pesan disajikan dengan visual cerah dan bahasa mudah, diperkuat slogan seperti "Muda Berkreasi, Bukan Dinikahi" dan "Nikah dini bukan solusi, hanya curi mimpi dan prestasi."
"Seru banget kegiatannya. Biasanya kan kita cuma belajar di kelas, nah ini ada leaflet jadi lebih gampang paham. Gambarnya rame, bahasanya juga nggak bikin bingung," kata Ayu (15), siswi kelas IX SMP Negeri 2 Ngaringan.
Menurut Ayu, slogan "Muda Berkreasi, Bukan Dinikahi" yang tertulis di leaflet paling mengena. "Kayak diingetin gitu, kalau masih banyak cita-cita yang harus dicapai. Jadi jangan buru-buru nikah," ujarnya sambil tersenyum.
Leaflet dipilih karena dinilai mampu melampaui ruang kelas. Siswa bisa membawanya pulang, membaca ulang, dan mendiskusikan dengan keluarga. Dengan cara ini, pesan program SEHATI diharapkan tidak berhenti di sekolah, tetapi berlanjut di rumah dan masyarakat.
Melalui selembar kertas sederhana, Desa Kalanglundo mencoba melawan dua masalah besar sekaligus: pernikahan dini dan stunting. Harapannya, langkah kecil ini menjadi awal lahirnya generasi lebih sehat dan masa depan yang lebih terjaga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI