Pandemi corona menyebabkan manusia tidak dapat berkumpul dengan manusia lainnya. Sebab Physical distancing sangat penting dalam mencegah penyebaran virus asal China tersebut. Akan tetapi, bagaimana dengan aktivitas yang berkaitan erat dengan keyakinan yang ada di masyarakat? Seperti ibadah shalat berjemaah di masjid.
Guna menekan penyebaran virus corona, sejumlah negara telah melarang aktivitas berkumpul, termasuk dalam hal beribadah. Namun karena ibadah erat hubungannya dengan keyakinan umat, maka pelarangannya pun akan sulit dilakukan. Bahkan apabila ditindak secara keras, sangat berpotensi menimbulkan percikan perseteruan.
Di sini kita mengambil contoh tindakan yang dilakukan terhadap umat Muslim yang beribadah di masjid. Umat muslim menjadi contoh karena selain ajaran Islam mengutamakan melakukan shalat berjamaah di masjid, aktivitas ibadah di masjid juga seharusnya meningkat saat bulan suci Ramadhan.
Contoh tindakan keras pada umat muslim yang nekat berkumpul di rumah ibadah saat pandemi dapat kita lihat di beberapa negara Afrika. Seperti Afrika Selatan dan Kamerun. Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang menunjukkan pernyataan menghina dari aparat keamanan Afrika Selatan terhadap para jamaah yang melanggar aturan karantina di negara tersebut. Atas perbuatan arogan dari aparat itu, Pemerintah Afrika Selatan meminta maaf pada umat muslim yang ada di sana.
Sumber: AA [South Africa: Apology issued over anti-Muslim remarks]
Tindakan serupa juga terjadi di Kamerun. Aparat keamanan membubarkan aktivitas shalat Jumat berjamaah pada 24 April lalu. Bahkan perintah ini dilayangkan oleh Gubernur wilayah barat Kamerun Awah Fonka yang meminta pasukan keamanan secara paksa membubarkan masyarakat yang mengabaikan perintah pemerintah tanpa pengecualian. Tindakan keras itu dilakukan mengingat Kamerun adalah negara di Afrika Barat yang paling terkena dampak dari pandemi corona.
Sumber: Republika [Polisi Bubarkan Sholat Jumat di Kamerun]
Namun, kemungkinan besar tindakan keras pada umat muslim yang ingin beribadah shalat berjamaah tidak akan memberi dampak yang signifikan bagi negara-negara di Afrika tersebut. Sebab, muslim di sana bukanlah mayoritas sehingga tidak akan mampu menimbulkan kericuhan berskala besar menentang pelarangan aktivitas ibadah. Lalu adakah negara mayoritas muslim di Afrika yang shalat berjamaahnya dibubarkan secara paksa?
Ternyata ada kejadian serupa di negara yang terletak di timur Afrika, yakni Komoro. Pada Sabtu 25 April 2020, masjid-masjid yang melakukan ibadah shalat berjemaah ditembaki gas air mata. Saksi menyebutkan, banyak orang terluka akibat insiden itu. Penembakan gas air mata ini mendapatkan kecaman dari kelompok oposisi Dewan Transisi Nasional Komoro. Mereka menyebut tentara pemerintah telah berbuat di luar batas, salah satunya menggunakan gas air mata dan senjata api.
Sumber: Solo Pos [Warga Komoro Salat Berjamaah Di Masjid, Langsung Dibubarkan Dengan Tembakan Gas Air Mata]