Mohon tunggu...
Nazilatul Munafiah
Nazilatul Munafiah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Unnes

Raih mimpimu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eduwisata Masjid Agung Demak sebagai Media Pembelelajaran IPS di Kota Wali

2 Desember 2020   12:45 Diperbarui: 2 Desember 2020   12:47 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

EDUWISATA  MASJID AGUNG DEMAK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS DI KOTA WALI

Media pembelajaran merupakan salah satu aspek yang penting dalam menunjang keberhasilan pembelajaran. Sejauh ini, pembelajaran IPS hanya dilakukan dengan metode ceramah sehingga kurang menarik peserta didik untuk belajar IPS. Melalui eduwisata Masjid Agung Demak, peserta didik diharapkan dapat belajar mengenai berbagai aspek yang terkandung dalam mata pelajaran IPS, seperti sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, dan lainnya. 

Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah di tahun 1475. Kerajaan Demak membawa pengaruh perkembangan Islam di pulau jawa. Salah satu bukti peninggalan Islam di pulau Jawa adalah Masjid Agung Demak. Masjid Agung Demak terletak di depan alun-alun Kota Demak. Masjid tertua di Indonesia ini dibangun oleh Raden Fatah dan walisongo. Awalnya, Masjid Agung Demak merupakan bagian dari pesantren Gladah Wangi dan sudah dibangun di tahun 1466. Di tahun 1477 masjid di renovasi menjadi Masjid Kadipaten Glagah Wangi. 

Seiring dengan makin pesatnya penyebaran Islam di Pulau Jawa, masjid ini tak mampu lagi menampung jamaah. Tahun 1478 masjid pun diresmikan menjadi kesultanan Bintoro Demak. Kini, masyarakat lebih mengenalnya dengan "Masjid Agung Demak". Masjid Agung Demak terdiri dari 2 bagian, yakni bagian utama dan serambi. Serambi Masjid Agung Demak, dihiasi 8 pilar.

Pada bagian utama masjid terdapat 4 soko guru utama atau 4 pilar utama yang tingginya mencapai 17 m. Jumlah tersebut menggambakan jumlah rokaat yang menjadi kewajiban umat muslim setiap harinya. Pilar tersebut merupakan wakaf dari 4 walisongo, yaitu Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Ampel. Uniknya, pilar yang diberikan Sunan Kalijaga hanya setinggi 11 m, sehingga untuk kekurangannya digunakan potongan-potongan kayu yang diikat. 

Mihrab masjid dihiasi gambar kura-kura yang menandakan pembngungan Masjid Agung Demak dibangun tahun 1400 saka atau 1479 dalam masehi. Disekitar mihrab terdapat gambar matahari yang merupakan surya majapit lambang kejayaan, kebesaran, kemasyhuran kerajaan majapahit. Penggunaan lambang majapahit tersebut merupakan penegasan kebesaran Raden Fatah sebagai penerus kerajaan majapahit. Dikiri dan kanan mihrab, terdapat akar yang tidak berujung pangkal dan terdapat bintang ditengahnya. Lambang ini diartikan sebagai kehidupan. Sesulit apapun kehidupan jika kita mendekatkan diri kepada yang maha esa, maka akan mendapat jalan dan kemuliaan dunia dan akhirat. 

Di kompleks Masjid Agung terdapat museum yang menyimpan perkembangan Islam di pulau Jawa. Museum ini memiliki lebih dari 60 koleksi, mulai dari foto-foto, berbagai jenis al-quran kuno, gentong, hingga material bangunan asli masjid. Menariknya, ketika memasuki museum masjid terdapat 4 tiang yang merupakan potongan 7 m soko guru utama yang telah direnovasi. Pintu-pintu ukir masjid pertama kali dibangun pun masih tersimpan rapi. Dimusem ini diperlihatkan contoh tatal atau potongan kayu yang digunakan Sunan Kalijaga untuk menambah tinggi pilar agar memiliki tinggi yang sama dengan 3 tiang lainnya. Karena pesonanya masjid mengundamg wisatan, masjid tidak pernah sepi pengunjung baik yang hanya tujuan beribah hingga wisatawan. 

Pengunjung yang keluar masjid akan diarahkan ke pemakaman raja-raja, yakni raja kesultanan demak beserta kerabatnya. Setiap hari selalu ada peziarah yang berziarah ke makam raja-raja demak ini. Peziarah biasanya ramai pada bulan rajab dan bulan suci ramadhan. 

Di antara bangunan masjid dan museum, terdapat sebuah kolam. Kolam ini pada awalnya difungsikan sebagai tempat wudhu. Kini, kolam tidak lagi difungsikan sebagai tempat wudhu. Kolam tersebut telah dijadikan situs bersejarah dan dikelilingi oleh pagar besi. Saat ini kolam  tersebut telah direnovasi. Pemandangan indah pun terpancar di sekeliling kolam dan menambah pesona apik didalamnya. Pengunjung dapat berswafoto atau sekedar menikmati keindahan disekeliling kolam tersebut. Diharapkan, peserta didik dapat lebih mudah mempelajari IPS dengan eduwisata Masjid Agung Demak di Kota Wali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun